Baru misalnya kalau PKS meraup 19 persenan suara atau katakanlah bisa seperti Partai Demokrat pada 2009 kemarin, maka bolehlah Kang Aher memamerkan kepedeannya. Karena kalau raupannya sebesar itu, Kang Aher ibaratnya tinggal melenggang saja, karena partai kalau pun kurang satu persen bisa merangkul partai lain untuk menggenapi syarat pencapresan yang diatur Undang-Undang.
Tapi, kalau suara PKS seret, alhasil Kang Aher, akan tetap tak beranjak. Dia akan tetap berkantor di Gedung Sate, dan melupakan mimpi bisa boyongan ke Istana. Pada 9 April kemarin, sebagian besar pemilih menunaikan hak pilihnya. Sebagian kecil lainnya, ada yang nyusul nyoblos karena kasus surat suara tertukar atau kurang logistik.
Hasilnya bagaimana? Hasil resmi penghitungan suara versi Komisi Pemilihan Umum (KPU), memang masih lama untuk diumumkan. Tapi untungnya, beberapa lembaga survei melakukan quick count atau hitung cepat.
Beberapa lembaga yang ngitung cepat itu, adalah lembaga survei yang sudah tenar dan besar. Sebut saja, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Indikator Politik Indonesia (IPI), Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Lembaga Survei Nasional (LSN), CSIS serta lembaga survei lainnya.
Sebagian besar hasil hitung cepat yang dirilis lembaga survei, menyebutkan PKS raihan suaranya ada dikisaran 6 persenan. Raihan suara itu menempatkan partai kader di papan tengah, bukan di papan tiga besar, seperti yang selama ini ditargetkan petingginya. Artinya, langkah Kang Aher bisa boyongan dari Gedung Sate ke Istana Merdeka sangat berat, kalau tak bisa dikatakan mustahil.
Sebab tak mungkin PKS mengajak Golkar, yang sudah punya capres sendiri yakni Pak Aburizal atau Pak Ical. Dari raihan suara pun Golkar jauh berjarak dengan PKS. Partai beringin itu, bertengger di urutan dua besar menurut hasil hitung cepat dengan raihan 14 persenan suara. Posisi puncak ditempati PDI-P yang berhasil mendulang 19 persenan suara. Dan peringkat tiga besar diduduki Gerindra yang meraup 12 persenan suara. Bahkan PKS masih kalah oleh PKB, partainya Mas Muhaimin Iskandar, yang sukses mendulang 9 persenan suara. Partai pimpinan Mas Muhaimin ini, bertengger di posisi lima besar, terpaut sedikit dengan Partai Demokrat yang sama-sama meraup 9 persenan suara. Demokrat ada di posisi empat besar.
Jadi, bila melihat konstelasi peraihan suara menurut hasil hitung cepat, sepertinya sudah dipastikan PKS, partai tempat Kang Aher bernaung, tak dapat tiket mencalonkan capres. Paling banter, bisa menawarkan posisi cawapres. Itu pun sama sulitnya, sebab partai lainnya pun mengincar posisi itu.
Alhasil Kang Aher akan tetap di Gedung Sate, gagal pindah kantor ke Istana Merdeka. Lupakan pula, akan berstatus capres pada 9 Juli nanti. Mungkin status capres Kang Aher, hanya ada di iklan seperti yang saya tonton awal April kemarin, saat musim kampanye terbuka masih berlangsung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H