Aku selalu dapat mengenang setiap kumpulan rasa benci
Yang biasa datang setelah adanya nista
Yang berulangkali mengoyaki hati
Hingga membekaskan gurat kesedihan teramat dalam
Membuat siapa saja seakan tanpa daya
Padahal, kakiku ini masih sangat tegar untuk terus melangkah
Sembari melarungkan rasa-rasa kecawa yang perlahan mulai mereda
Seiring jalannya waktu yang berdentang begitu cepatnya
Hanyut dalam gelisah seringkali menodai kemurnian jiwa
Sebelum berseminya benih-benih keyakinan
Yang mampu menyadarkanku pada sebuah nyata
Bahwa aku hanyalah sebutir pasir
Yang kan terkubur bersama ombak ketidakabadian
Tapi tak jarang
Hatiku masih bisa tertawa begitu riang
Kala ku lihat ragam bahagia yang membuat semuanya tampak indah
Meski pada sisi yang lain ia nampak sangat bersahaja
Berulang kali aku sempat terperosok dalam kubangan rasa
Di mana setiap arah yang kuambil
Adalah satu-satunya jalan yang paling benar
Perlahan ku mulai sadar
Bahwa dalam aliran masa yang tak pernah bosan untuk terus mengalir
Hingga pada muara senja
Di setiap persimpangannya
Siapa saja tak selalu menghadapi nyata yang seanggun bayangan
Sebab hidup laksana langit tak bertepi
Selalu dipenuhi misteri
Disesaki teka-teki
Setiap kali mata mendongak ke arahnya
Jiwa dan ragaku ini boleh saja berulangkali terjengkang
Tetapi, sekali saja ia pantang terliputi kesedihan
Sebab ku yakin
Semuanya pasti kan bermuara pada ketidakabadian
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI