Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Keutamaan Menutupi Aib Orang Lain

11 Maret 2022   15:04 Diperbarui: 11 Maret 2022   20:36 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menutup aib orang lain (Unsplash)

Kawan, di setiap waktu kita senantiasa dianjurkan untuk semakin memperbaiki diri kita, yakni dengan cara terus bermuhasabah atau mengevaluasi apa saja yang pernah kita lakukan di masa sebelumnya.

Dengan kita melakukan muhasabah ini kita berpeluang akan mengetahui perilaku-perilaku di masa lalu yang dianggap kurang tepat, sehingga kita tidak akan mengulangi kesalahan yang sama di masa mendatang.

Dengan demikian, tujuan utama kita dalam bermuhasabah yang kita iringi dengan usaha untuk memperbaiki diri ini adalah agar kita mendapat keberuntungan karena semakin meningkatnya kualitas perilaku kita maupun ketaqwaan kita dari waktu ke waktu, di mana pada umumnya manfaat lain yang mengiringi adanya perbaikan ini adalah kita pun terhindar dari pelbagai hal yang dapat merugikan dan bahkan dapat mencelakakan diri kita di masa kelak.

Demikianlah pondasi awal yang dapat kita ikhtiarkan untuk dapat memperbaiki diri kita dari waktu ke waktu.

Akan tetapi, selain ikhtiar untuk memperbaiki diri melalui penilaian terhadap diri kita sendiri ini, barangkali kita juga dapat menelaah bagaimana sebenarnya keadaan diri kita berdasarkan pertimbangan dari orang lain, khususnya dari mereka yang pernah berinteraksi dengan kita pada masa-masa sebelumnya.

Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan kita tidak dapat mengungkap atau menilai diri kita secara utuh dan apa adanya, sehingga sangat rentan adanya subjektivitas pada penilaian kita itu, di mana hulu hilirnya adalah membenarkan beberapa perilaku kita, meskipun hakikatnya itu belum tentu benar.

Dengan adanya penilaian dan nasehat dari orang lain yang memiliki kebijaksanaan dalam menyampaikannya serta dari mereka memiliki pengetahuan ilmu agama yang menjadi landasan orang tersebut dalam menasehati kita, diharap juga akan berpeluang membuka pemahaman-pemahaman kita atas keadaan diri kita yang sebenarnya.

Oleh sebab itulah, dalam agama Islam terdapat anjuran untuk saling menasehati dalam menetapi kebenaran dan anjuran untuk saling menasehati dalam menetapi kesabaran.

Selanjutnya, dengan adanya komitmen dari seseorang untuk senantiasa memperbaiki diri, maka sudah sepatutnya bagi kita untuk berusaha membantu siapa saja yang memiliki keinginan dalam memperbaiki dirinya.

Dan pada umumnya, usaha orang lain yang berkeinginan untuk memperbaiki diri ini juga diiringi dengan pengetahuan-pengetahuan kita atas beberapa aib yang pernah mereka lakukan. Oleh sebab itulah, tugas kita sebagai saudara seiman adalah sedapat mungkin merahasiakan aib-aib orang yang hendak bertaubat tersebut serapat mungkin sehingga ia tidak kian tersebar di tengah-tengah masyarakat.

Dengan demikian orang yang memiliki keinginan untuk bertaubat itu akan tetap terjaga kehormatannya karena kita memandang ketulusan niat mereka dan ikhtiar mereka untuk memperbaiki diri.

Hal ini sebagaimana keterangan yang termaktub di dalam QS Al-Hujuraat ayat 12 berikut:

"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan dan mencari-cari aib orang lain. Dan janganlah sebagian dari kalian menggunjing (mengghibah) sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kalian akan merasa jijik kepadanya. (Oleh karena itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."

Selain itu, upaya kita untuk senantiasa menjaga kehormatan orang lain ini juga dilandasi oleh penjelasan Rasulullah SAW dalam hadits berikut:


"Jauhilah oleh kalian prasangka, sebab prasangka itu adalah ungkapan yang paling dusta. Dan janganlah kalian mencari-cari aib orang lain, jangan pula kalian saling menebar kebencian dan jadilah kalian orang-orang yang bersaudara." (HR al-Bukhari)

Dalam hadits yang lain, Baginda Rasulullah SAW juga menjelaskan:

"Barang siapa yang menutupi aib saudaranya yang beragama Islam, maka Allah pun akan menutupi aibnya, baik ketika berada di dunia maupun ketika di akhirat." (HR Muslim)

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufiq, hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat menjadi bagian dari hamba-Nya yang dapat memperbaiki diri kita dari waktu ke waktu. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun