Selama Bulan Ramadhan kemarin, diantara kita mungkin saja ada yang selalu memperbanyak memohon ampunan kepada Allah SWT dengan harapan agar Dia berkenan mengampuni segala macam kesalahan dan dosa.
Hal ini dikarenakan kita selalu menyakini bahwa Dia adalah Dzat Yang Maha Mengampuni kesalahan-kesalahan dari para hamba-Nya, sebanyak dan sebesar apapun kesalahan itu.
Diantara doa yang paling masyhur kita ucapkan untuk memohon ampunan tersebut adalah:
Allahumma innaka 'afuwwun kariim tuhibbu al-'afwa fa'fu 'annii
Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Dzat Yang Maha Mulia. Engkau suka memberi maaf, maka dari itu ampunilah kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa yang ada pada diri kami.
Demikianlah maksud dari doa yang senantiasa kita wiridkan sepanjang Ramadhan kemarin.
Berbekal keyakinan kita kepada-Nya yang akan mengampuni kesalahan-kesalahan para hamba-Nya, maka hal itulah yang kemudian menjadi benteng bagi diri kita dari sikap putus asa.
Sebab kondisi dosa-dosa yang pernah kita perbuat masih akan berpeluang dihapus dan diampuni oleh-Nya setelah Dia membukakan pintu ampunan yang selebar-lebarnya kepada kita.
Maka menjadi sangat wajar jika kemudian doa tersebut seakan telah menjadi wirid kita baik ketika usai melaksanakan shalat fardhu, shalat tarawih, shalat witir maupun saat-saat lain karena begitu menggebunya harapan kita untuk dapat menghapus kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa itu.
Kawan, keadaan diri kita yang berperan sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dengan orang lain sudah barang tentu hal ini juga tidak terhindar dari risiko terjadinya kesalahan dan dosa.