Alkisah, ada seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang bernama Sa'ad ibn Abi Waqash RA yang saat itu sedang dalam keadaan sakit keras. Di tengah-tengah kondisinya yang sedang menjalani salah satu ujian dari Allah itu beliau pun dibesuk oleh Baginda Nabi Muhammad SAW.
Di waktu perjumpaannya dengan Sang Nabi, beliau menyampaikan salah satu keinginannya berkait dengan harta benda yang ia miliki.
"Wahai Nabi, saat ini saya sedang dalam keadaan sakit yang teramat berat dan hampir tidak ada kepastian bagiku untuk bisa kembali sembuh. Sementara aku ini sebagaimana Engkau tahu adalah orang yang berharta (kaya) dan hanya memiliki seorang puteri. Kira-kira bolehkah jika aku menyedekahkan dua pertiga dari hartaku ini?" Tanya sahabat Sa'ad kepada Nabi.
"Tidak boleh." Jawab Nabi dengan singkat namun tetap penuh dengan kesantunan.
"Bagaimana jika dengan separuhnya saja?" Sahabat Sa'ad menawar.
"Tidak boleh. Jika kau masih ingin menyedekahkan hartamu, maka cukup dengan sepertiganya saja. Sebab jumlah itu sudah terlalu banyak. Sesungguhnya Engkau meninggalkan keluargamu dalam keadaan yang cukup harta itu jauh lebih baik daripada Engkau meninggalkan mereka dalam keadaan yang serba kekurangan sehingga mereka kelak akan meminta-minta kepada manusia."
***
Demikianlah kiranya isi percakapan singkat antara Nabi Muhammad SAW dengan sahabat Sa'ad bin Abi Waqash berdasarkan keterangan hadits yang diriwayatkan dalam HR Imam Bukhori (1233) dan HR Imam Muslim (1628).
Pada saat itu sahabat Sa'ad memiliki sebuah keinginan untuk menyedekahkan sebagian besar dari hartanya untuk kepentingan ummat. Sementara untuk keluarganya sendiri ia berencana untuk memberikan jatah sepertiga dari harta yang akan ia tinggalkan.
Setelah beliau menyampaikan rencananya tersebut kepada Nabi, rupanya Nabi pun melarang pelaksanaan rencana dari sahabat yang berhati mulia tersebut. Sebab jika keinginannya tersebut telah ia wujudkan, maka tidak menutup kemungkinan hal itu akan menyebabkan keadaan yang merugikan bagi keluarga yang akan ia tinggal kelak.