Mungkin saja para pegawai yang dimiliki itu sejatinya telah memiliki bekal kompetensi yang mumpuni sekaligus memiliki integritas yang tinggi dalam bekerja, akan tetapi hal ini bukanlah sebuah jaminan perkembangan usaha akan selalu dapat terus menanjak terutama jika tak dibarengi dengan serapan produk ke tangan konsumen.
Selanjutnya, jika hal ini tak mendapat kepedulian dari manajemen perusahaan secara sungguh-sungguh maka dampaknya adalah akan timbul permasalahan pada kinerja perusahaan akibat kondisi yang tak seimbang antara biaya tenaga kerja yang harus dibayarkan dengan capaian usaha tadi. Â
Adapun dampak dari kondisi ketidakseimbangan ini secara langsung bagi perusahaan adalah biaya operasional pada perusahaan akan menjadi relatif tinggi di tengah menurunnya pendapatan mereka. Dan manakala celah ini terus saja terjadi, maka sudah pasti akan mengurangi nilai laba perusahaan.Â
Kondisi demikian ini sebenarnya masih tidaklah seberapa, sebab jika pada akhirnya nilai laba yang dapat mereka bukukan lebih kecil dibanding dengan biaya operasional yang harus dikeluarkan, maka sudah pasti yang terjadi selanjutnya adalah akan menggerogoti modal perusahaan. Dalam artian, perusahaan harus menggunakan modal yang ada untuk menutup kebutuhan biaya operasional.
Apakah masalah ini ada solusinya?Â
Tentu saja ada. Pada intinya, solusi yang dapat dibentuk oleh pihak perusahaan adalah dengan cara menyeimbangkan antara beban gaji pegawai dengan capaian produktivitas usaha. Di antara opsi untuk memecahkan masalah tersebut antara lain adalah:
Pertama, merekrut pegawai sesuai dengan target kerja
Pilihan pertama ini bisa dipraktikkan untuk perusahaan yang tarafnya masih akan dirintis atau para pengusaha yang ingin bergerak ke ranah start up.
Bagi perusahaan yang masih taraf rintisan ini tentu pihak pencanangnya sebelumnya harus dapat memetakan secara jeli berapa rencana produksi maupun penjualan yang mereka targetkan sebagai pertimbangan atas banyaknya tenaga kerja yang akan direkrut.Â
Dan manakala mereka masih buta dengan keadaan pasar akibat tak ada kesempatan untuk melakukan survei, maka mereka bisa menerapkan prinsip kehati-hatian secara ketat saat merekrut pegawai.Â
Bahkan pada skala yang terekstrem--sama sekali tidak tahu keadaan pasar--mereka juga dapat meniadakan pegawai itu sama sekali.Â