Jika kita hendak membahas tentang teman, bahasannya bisa saja akan sangat luas. Jika diartikan secara letterlijk, bisa saja ia akan dipahami sebagai seseorang yang kita kenal yang biasa membersamai kita dalam rentang perjalanan kehidupan.Â
Oleh karena tingginya intensitas pertemuan dan interaksi kita dengan pihak yang kita anggap sebagai teman itu, maka kita pun semakin mengenal watak asli mereka, meskipun terkadang ada upaya dari mereka untuk menutup-nutupi tabiat asli.
Singkatnya, sebagian watak mereka mungkin ada yang cocok dan kurang cocok dalam penilaian kita.Â
Dengan adanya penilaian terhadap teman inilah, selanjutnya kita pun mulai berkenalan lagi dengan istilah sahabat, dimana mereka yang kita gelari sahabat itu adalah pihak yang kita anggap paling setia dalam membersamai kita, baik dalam keadaan senang maupun susah.Â
Selanjutnya, jika kita membawa pengertian teman ini pada ruang lingkup bisnis, istilah ini bisa saja akan dipetakan dalam beberapa diksi yang semakin mengerucut lagi. Misalnya, kita mengenal transformasi identitas untuk kata ini dengan nama-nama baru: rekan, partner, kolega dan mitra, dimana mereka yang menyandang istilah ini memiliki peran masing-masing dalam membantu kelancaran kerja, usaha atau bisnis kita.
Oleh sebab itulah, jika melihat percabangan makna teman ini dan membandingkannya dengan istilah yang dulu pernah diulas dalam sebuah tulisan Daeng Khrisna Pabhicara yang bertajuk Pohon Kata Bernama Anjing, sebenarnya istilah teman itu pun merupakan kajian yang dapat kita telaahi dengan pendekatan pohon kata.Â
Dengan pemahaman dasar kita tentang teman di awal bahasan tadi, yakni pihak yang biasa membersamai kehidupan kita, kita pun mungkin juga akan banyak menemukan berbagai kreatifitas lain atas penggunaan kata teman ini. Misalnya saja, muncul istilah "teman hidup" yang dipahami sebagai pasangan suami atau isteri. Teman tapi mesra, sebagai gambar hubungan seseorang yang absurd antara sebatas teman ataukah pacar. Dan lain sebagainya.Â
Baiklah. Berikutnya marilah kita bawa kembali bahasan tentang teman ini dalam ruang lingkup bisnis tadi. Berangkat dari munculnya kekhawatiran seseorang untuk berbisnis dengan menggunakan jasa seorang teman, sejatinya memang beralasan.Â
Jika saya boleh mengutip sedikit pendapat dari Mas Taufik Rachman (TauRa) kemarin, setidaknya ada tiga pertimbangan yang melandasinya:
- Teman yang sudah saling kenal justru berkemungkinan akan menganggap enteng pekerjaan yang diamanahkan pada mereka.Â
- Dulu kita mungkin hanya mengenal mereka secara emosional saja, akan tetapi kita belum tahu benar mengenai kapasitas kemampuannya.
- Karakter seorang teman sebagaimana kita dan manusia pada umumnya, bisa saja mengalami perubahan seiring berjalannya waktu.Â
Ketiga faktor itulah yang mungkin akan menjadi pertimbangan yang memberatkan manakala mengambil jasa dari seorang teman sebagai mitra atau rekan bisnis.Â