Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nasib si Anak Ayam

27 Desember 2020   08:00 Diperbarui: 27 Desember 2020   08:32 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak ayam warna-warni (Tribunnews) 

Srooot.. Srooot.. Srooot..
Kuwarnai anak ayam itu satu persatu.

Piyik.. Piyik.. Piyik..
Suaranya keras memelas padaku.

Teramat sayang, rintihnya tak membelenggu tanganku,
Yang juga terimpit gaya hidup lingkunganku.

Mari tuan, mari nyonya,
Sepuluh ribu dapat satu.

Sayang anak, sayang anak,
Boronglah daganganku tuk sayangi anakmu.

Kuning, merah, hijau, ungu
Lihatlah, betapa lucu
Di balik duka hidup mereka yang teramat pilu.

Sayang cucu, sayang cucu,
Duhai opa, wahai oma,
Alirilah kantongku dengan uangmu,
Niscaya kan kuukir senyuman
di wajah cucumu.

Wahai penguasa,
siapa lebih menderita,
Ayam kami atau nasib kami?

Kami menitip nasib di tanganmu,
Agar tak jadi komoditas industri,
Supaya tak alami keburaman hidup,
Seperti yang menimpa ayam kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun