Salah seorang saudaranya menerima pakaian itu dengan diiringi isyarat setuju dari mereka semua untuk memenuhi permintaan itu.
***
Sobat, dari kisah pertemuan Nabi Yusuf dengan saudara-saudaranya itu, ada sebuah pelajaran berharga yang dapat kita peroleh. Yakni mengenai pentingnya sikap untuk dapat memberi maaf kepada pihak lain yang telah berbuat kesalahan dan kezaliman kepada kita di masa terdahulu.
Nabi Yusuf yang pada waktu kecilnya telah dianiaya oleh saudara-saudaranya sendiri telah mampu untuk memaafkan kesalahan-kesalahan mereka. Tak ada niat sedikitpun darinya untuk membalas atau menghukum kesalahan mereka itu. Bahkan, lebih dari itu, beliau pun memohonkan ampunan kepada Allah atas kesalahan saudara-saudaranya di masa lalu.
Sikap pemaaf yang dimiliki oleh Nabi Yusuf beserta kecenderungannya untuk memohonkan maaf kepada Allah inilah diantara bukti bahwa dia adalah seorang berbudi luhur yang memiliki jiwa pemaaf terhadap sesamanya.
Sikap pemaaf yang dimiliki oleh Nabi Yusuf ini seakan telah menjadi cerminan dari salah satu sifat Allah itu sendiri, yakni Dzat Yang Maha Mengampuni kesalahan-kesalahan dari para hamba-Nya.
Saya kira demikianlah pesan bijak yang dapat kita kaji pada kisah kali ini. Bagaimanakah kelanjutan kisah Nabi Yusuf setelah mengakui jati dirinya di hadapan saudara-saudaranya itu? Insyaallah, akan saya sajikan pada tulisan berikutnya. (*)
Referensi: QS Yusuf 88-93