Begitu putra Ya'qub telah menyelesaikan perjalanannya dari Ibukota Mesir dan sampai di tempat tinggal mereka, mereka segera memeriksa apa saja yang telah mereka bawa dari lumbung padi itu. Senyum mereka tampak semakin merekah saat membuka karung-karung berisi bahan makanan itu.
Dan betapa terkejutnya mereka manakala mereka mendapati barang-barang yang tadinya hendak mereka tukar dengan bahan makanan itu telah ikut terbawa di dalam karung-karung mereka. Dalam benak mereka terbersit angan-angan, bahwa ini semua adalah bagian dari rencana sang bangsawan kerajaan yang telah merasa sangat cukup atas barang-barang sederhana itu.
Melihat kondisi yang ganjil ini mereka pun segera menceritakan perihal ini pada sang bapak. Tak ketinggalan pula dalam isi cerita mereka kabar mengenai permintaan dari sang bangsawan itu terhadap saudara bungsu mereka, Bunyamin.
Setelah mendengar seluruh cerita dari para puteranya ini, maka sang bapak pun menanggapi, "Bagaimana mungkin aku akan mempercayai kalian, setelah apa yang pernah kalian perbuat terhadap Yusuf?"
Mendapati jawaban bernada keberatan dari sang bapak ini seakan telah memupus harapan dari para putera Ya'qub itu untuk mengajak serta saudaranya (Bunyamin) pada perjalanan berikutnya.
Namun, keadaan yang semakin mendesak yang diakibatkan oleh persediaan bahan makanan mereka yang semakin menipis, pada akhirnya, mereka pun memiliki sebuah cara tersendiri untuk meyakinkan sang bapak itu. Kembalilah mereka untuk menghadap sosok yang sangat mereka hormati itu.
"Wahai Bapak, mohon perhatikanlah apa yang telah mereka perbuat atas barang-barang yang hendak kita tukar itu. Seakan tiada nilai sedikitpun jika dibandingkan dengan hadirnya Bunyamin di hadapan mereka," ucap salah seorang dari putera Ya'qub membuka percakapan.
Setelah menimbang dengan sangat cermat perkataan demi perkataan dari para puteranya itu seraya memohon petunjuk kepada Allah atas apa yang sebaiknya ia putuskan, pada akhirnya sang bapak pun dapat memberi jawaban.
"Baiklah, jika memang demikian keadaannya, maka bawalah Bunyamin bersama kalian. Akan tetapi, sebelum itu, kalian berjanjilah dengan nama Allah bahwa kalian akan menjaganya dengan sebaik-baiknya penjagaan. Kalian tidak akan pernah meninggalkannya, kecuali kalian diserang oleh sekelompok musuh yang teramat kuat yang mengancam keselamatan jiwa kalian."
Mereka pun memenuhi permintaan bapaknya itu dengan ikrar janji yang penuh ketulusan. Dan pada akhirnya berangkatlah mereka bersama dengan saudaranya (Bunyamin) itu pada waktu telah ditentukan.
***