Pada tulisan ini, saya hendak menjabarkan secara singkat sebuah jurnal penelitian yang ditulis oleh Joel B. Carnevale, Jack E. Carson dan Lei Huang yang bertajuk Greedy for Thee or Greedy for me? A Contingency Model of Positive and Negative Reactions to Leader Greed.
Sesuai dengan judul yang ditulis, melalui artikel tersebut ketiga peneliti hendak menyusun sebuah penelitian mengenai dampak keserakahan seorang pemimpin terhadap reaksi emosional yang kemungkinan akan muncul dari para bawahannya.
Dengan asumsi awal, secara tidak langsung, keserakahan seorang pemimpin ternyata dapat membangkitkan respons negatif dari karyawan yang dipimpin sehingga hal tersebut selanjutnya dimungkinkan juga akan berdampak pada kurang efektifnya unit kerja yang ditempati oleh para karyawan.
Dengan mendapati pemimpin mereka yang cenderung serakah, egois dan kurang memberi perhatian atas kinerja bawahannya, bukan tidak mungkin jika hal ini kemudian juga akan memicu pada gagalnya sistem unit kerja yang ditempati oleh para karyawan.
Kendati demikian, asumsi dari beberapa teori mengenai keserakahan seorang pemimpin yang berdampak negatif atas reaksi para bawahan dan kondisi lingkungan kerja ini mungkin saja akan selalu dianggap sebagai sebuah pandangan yang sempit dan tidak lengkap.
Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti telah menggunakan teori even afektif (AET) untuk menggambarkan dan mengembangkan bagaimana reaksi positif maupun negatif dari para karyawan atas watak serakah yang dimiliki oleh pemimpin mereka.
Secara terperinci, hal ini misalnya dapat diwujudkan melalui rasa syukur mereka atau rasa kemarahan mereka sebagai reaksi atas sikap pemimpin mereka. Rasa beruntung yang mereka rasakan atas pemimpin yang mereka miliki saat ini. Atau sebaliknya, mereka merasa diperlakukan secara tidak adil atas perilaku serakah pemimpin mereka.
Selanjutnya, dengan mengembangkan dua indikator tersebut sebagai pengalaman afektif yang berasal dari para karyawan, peneliti akan menunjukkan bagaimana dampak keserakahan seorang pemimpin itu terhadap reaksi para bawahannya beserta efektivitas unit kerja yang mereka tempati.
Berdasarkan dua pendekatan ini, kiranya kita telah mendapat gambaran yang cukup terang bahwa pemimpin yang kurang mampu menghargai hasil kerja dari para bawahannya lantaran ia terlalu mabuk dalam keserakahan, hal ini akan menciptakan iklim kerja yang buruk bagi perusahaan, atau bahkan lebih dari itu, hal ini mungkin saja juga akan berpotensi untuk menghancurkannya. (*)
Rujukan: [1]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H