Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bagian VI: Terwujudnya Mimpi Dua Orang Penghuni Penjara

15 November 2020   08:07 Diperbarui: 16 November 2020   09:51 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar Al-Qur'an (Unsplash, edited) 

Dan secara khusus kepada seorang rekannya yang akan diberikan kebebasan itu, Yusuf pun berpesan untuk menceritakan kemampuannya (menakwil mimpi) itu kepada tuannya, barangkali hal tersebut akan membawa manfaat di masa kelak. 

Akan tetapi, rupanya setan telah menjadikan kawannya itu lupa akan pesan Yusuf tadi, sehingga ia pun tetap menjalani masa-masanya di dalam penjara selama beberapa waktu lamanya, lantaran ia tak kunjung jua memperoleh pembelaan dari seseorang yang kiranya akan mampu membebaskannya. 

***

Kawan, berdasarkan kisah tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa seseorang yang memiliki kelebihan di bidang tertentu, tetap saja ia merupakan sosok yang berharga yang mampu menampakkan keistimewaannya dimanapun ia berada, bahkan ketika ia berada di tempat yang dianggap kurang potensial sekalipun, sehingga selalu tampaklah nilai kemanfaatan yang dapat diperoleh darinya. 

Untuk itu, bagi mereka yang memiliki segala potensi diri yang merasa seakan terbatasi kemampuannya itu karena keadaan tertentu, sepatutnya ia tetap sabar dan tidak berputus asa untuk tetap mendayakan keutamannya itu. Sebab, akan selalu ada kesempatan baginya untuk tetap mendayakan kemampuannya tersebut pada saatnya nanti.

Hikmah berikutnya yang dapat kita ambil adalah, seseorang biasanya cenderung lupa dengan nasib kawannya maupun nasib orang lain yang pernah membersamainya di masa lalu manakala ia telah memperoleh kemakmuran, kejayaan, atau kesibukan untuk urusan tertentu. Hal ini mungkin saja terjadi sebab ia telah tertutup ingatannya, atau, jika tidak demikian kepeduliannya atas teman maupun saudara lamanya itu.

Mereka lupa bahwa dulu ketika masih sama-sama belajar, berusaha, atau berjuang, segala kepahitan dan kenikmatan telah mereka jalani bersama. Namun, begitu posisi mereka sudah terpisah dan apalagi dengan semakin menumpuknya kenikmatan yang diperoleh, maka hanyutlah sebagian yang lain itu dalam kesenangan, sehingga lupa dengan masa-masa perjuangannya termasuk juga utang budinya atas rekan maupun sejawat di masa lalu. 

Itulah kiranya gambaran manusia yang seringkali lupa manakala ia telah memperoleh kenikmatan, sehingga bisa jadi ia pun akan kembali sadar manakala segala kenikmatan itu sudah semakin menjauh darinya. 

Penulis kira demikianlah hikmah yang dapat kita petik pada kisah Nabi Yusuf kali ini. 

Selanjutnya, bagaimanakah kisah dari Nabi Yusuf setelah ia tetap berada di penjara itu? Insyaallah akan penulis ceritakan pada tulisan yang berikutnya. (*)

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun