Pada suatu hari, Nabi Yusuf AS pernah berkata kepada bapaknya, yakni Nabi Ya'qub AS, "Wahai Bapakku, sesungguhnya aku telah bermimpi melihat 11 gemintang, matahari, dan rembulan. Kulihat semuanya bersujud kepadaku."
Ucapan Nabi Yusuf kepada bapaknya ini sekaligus sebagai upaya darinya untuk meminta penjelasan dari bapaknya mengenai maksud dari mimpi yang begitu aneh tersebut. Menanggapi pertanyaan dari puteranya ini, maka Nabi Ya'qub AS pun menjawab:
"Wahai anakku, janganlah Engkau menceritakan mimpimu itu pada saudara-saudaramu yang lain. Sebab jika mereka sampai mengetahuinya, aku khawatir mereka pun akan mengatur seburuk-buruknya siasat untuk mencelakakanmu. Selain itu, selalu bersikap waspadalah terhadap keberadaan setan yang senantiasa menjadi musuh yang nyata bagi manusia."
"Nak, sesungguhnya Tuhan telah memilihmu dengan mengajarimu cara untuk mentakwil mimpi, sekaligus sebagai penyempurna nikmat atas dirimu dan keluargamu, sebagaimana Allah telah menyempurnakan kenikmatan itu atas kakek buyutmu Ibrahim, dengan hadirnya Ismail dan kakekmu Ishaq. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana," lanjut Nabi Ya'qub.Â
***
Kawan, berdasarkan potongan percakapan antara Nabi Yusuf dengan bapaknya (Nabi Ya'qub) tadi kita dapat mengambil beberapa pelajaran, yakni:
Pertama, pentingnya untuk selalu bersikap rendah hati, yakni tidak menonjolkan kelebihan diri kepada orang lain. Dan sepatutnya seseorang bersikap biasa saja manakala ia memiliki segala kelebihan itu.
Hal ini dikarenakan tidak semua orang selalu merasa senang manakala mereka ditunjukkan oleh segala kelebihan yang dimilikinya. Sebagian, atau bahkan seringkali banyak orang cenderung bersikap iri dan dengki terhadap kelebihan orang lain, sehingga mereka pun berambisi untuk memperoleh kelebihan yang sama sebagaimana yang dimiliki oleh orang lain itu.
Dan manakala mereka tidak mampu untuk meraihnya, maka mereka pun akan mengharapkan "keadilan", yakni dengan hilangnya kelebihan itu pada diri orang lain. Itulah diantara tanda bahwa mereka telah terhinggapi rasa iri dan dengki dalam jiwanya.
Kedua. Begitu pentingnya mewaspadai tipu daya setan dan hawa nafsu diri yang seringkali dapat memutus ikatan persaudaraan antar sesama manusia.