Sumber gambar: Brad Halcrow (Unsplash)Â
Kemarin, saya membaca salah satu tema artikel pilihan Kompiasana. Temanya adalah Indonesia Membajak. Sepertinya tema ini sengaja dipilih oleh Kompasiana untuk mengglorifikasi momentum kemerdekaan sekaligus menyikapi pidato Pak Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR/DPR-DPD beberapa hari sebelumnya.Â
Dalam pidatonya itu Pak Jokowi mengajak para tamu undangan yang mewakili seluruh bangsa Indonesia itu untuk mampu "membajak momentum krisis".
Saya jadi kepikiran apa sebenarnya yang dimaksud oleh beliau dengan "membajak momentum krisis" ini. Sambil mencoba merenunginya saya pun merekamnya pada tulisan ini.Â
Pertama yang ingin saya bahas adalah mengenai kata bajak. Jika kita melihat contoh penggunaan kata ini, kita akan mendapati sejumlah frasa seperti: bajak laut, membajak sawah, sambal bajak, dan silakan diteruskan sendiri contoh lainnya.Â
Oke. Sekarang mari kita mulai dari frasa 'bajak laut' atau yang biasa disebut dengan perompak ini. Sederhananya, ia dapat dipahami sebagai kelompok pelaut yang senang menjarah, merampok harta orang lain demi memuaskan keinginan mereka.Â
Selanjutnya, mengenai frasa 'membajak sawah', dapat kita pahami sebagai kegiatan untuk mengolah tanah pada area persawahan supaya tanah di bagian bawah dapat bercampur dengan tanah di bagian atas. Tujuan dari membajak sawah ini adalah agar tanaman mendapat nutrisi yang cukup dan merata dari lahan tanamnya.Â
Sementara itu sambal bajak dalam sejarahnya, konon juga berkaitan dengan aktivitas pertanian. Dimana tradisi masyarakat kita pada masa lalu, atau mungkin beberapa masih bertahan pada masa sekarang, biasa menggunakan sambal bajak ini sebagai sajian sederhana untuk melengkapi asupan makanan para petani yang sedang membajak sawah.Â
Berawal dari penggunaan kata bajak pada tiga frasa tersebut, mungkin saja akan dapat kita gunakan untuk membahas maksud kata 'bajak'-nya Pak Jokowi.Â
Jika kita pahami maksud membajak ini dengan frasa yang pertama, yakni membajak sama dengan merampok, tentu akan berpotensi menghasilkan pemahaman yang letterlijk yang membingungkan. Yakni mengartikannya secara apa adanya: merampok momentum krisis. Ungkapan yang terlalu polos ini tentu harus kita gali lagi penafsirannya agar tidak bermakna bias, sehingga bisa membingungkan siapa saja.Â
Menurut pemahaman saya, yang sebenarnya bukanlah seorang pakar bahasa, jika mengacu pada frasa yang pertama (bajak laut), pengertian bajak dapat disebut juga dengan merampok. Dengan demikian, untuk sementara kita dapat memahaminya sebagai 'merampok momentum krisis'.Â