Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Kotak Feat Cak Nun di Lagu Manusia Manusiawi, Hits Hening dengan Pesan Moral yang Bening

10 Agustus 2020   21:29 Diperbarui: 11 Agustus 2020   16:21 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 


Pagi tadi, saat saya membaca tulisan pada laman caknun.com, saya mendapati sebuah artikel yang berjudul "Manusia Manusiawi: Kabar Baik Musik Indonesia". Artikel yang ditulis oleh Mas Didik W Kurniawan ini membahas tentang lagu terbaru Kotak band yang berkolaborasi dengan Mbah Nun (Emha Ainun Nadjib). 

Awalnya, saya setengah tidak percaya, Kotak yang notabene-nya merupakan grup musik aliran cadas itu ber-featuring dengan sosok kharismatik di negeri ini. Namun, setelah saya mengecek sendiri kebenaran tulisan itu dengan menuliskan kata kunci 'manusia manusiawi' pada mesin pencarian di laman YouTube, barulah saya sadar sesadar-sadarnya bahwa kabar tersebut memang benar adanya.

Cak Nun, bagi saya adalah sosok yang selalu saya idolakan sejak saya kecil. Dengan segenap keistiqamahan perhatian dan pemikiran yang beliau curahkan untuk negeri ini, beliau seakan telah menjadi panutan tersendiri bagi saya. Meskipun jika beliau ditanya sendiri, pastilah beliau tidak akan pernah menghendaki bentuk pengkultusan semacam ini.

Bagi saya, sikap ini bukanlah sejenis pengkultusan terhadap beliau. Namun ini hanyalah sebatas penghormatan saya pada beliau yang sudah saya anggap seperti guru saya sendiri ini. Beliau menurut saya adalah guru dalam banyak hal, meskipun kami belum pernah bertemu sebelumnya. 

Dan, meskipun saya sendiri tahu bahwa beliau tidak akan pernah berkenan mengakui saya sebagai muridnya, dan mungkin, beliau hanya akan mengakui saya sebagai salah satu "anak"-nya, seperti yang selalu beliau sematkan pada Jamaah Maiyyah lainnya, tetap saja, saya akan menganggap beliau sebagai bapak sekaligus guru bagi saya. 

Entah, meskipun saya belum pernah sekali pun bertemu dengan beliau sebelumnya, saya selalu merasakan beliau begitu dekat bagi saya. Pemikiran-pemikiraan beliau yang sangat dalam dan tajam seakan telah menghujam dalam relung hati dan benak saya, sehingga ia melahirkan inspirasi tersendiri bagi saya, yang menuntun perjalanan saya mengembarai permenungan menuju kesejatian hidup yang dimaui oleh Tuhan.

Sementara itu, Kotak bagi saya salah satu grup band yang lagu-lagunya telah saya gemari sejak saya menginjak usia remaja (meskipun saya tidak hafal betul semua lirik lagunya). 

Kecintaan saya pada Band Kotak ini bermula sejak sewaktu dulu masih musimnya anak band. Saat itu, saya sudah mengaggap Band Kotak ini sebagai perwujudan salah satu grup musik terbaik yang dimiliki oleh negeri ini. Saya yang dulu sedang hobi-hobinya nge-band selalu saja membayangkan, andai saja saya memiliki grup band yang sehebat Kotak ini, pastilah saya akan keren luar biasa.

Kita dan semua Kerabat Kotak---julukan untuk fans-nya---telah tahu, bahwa aliran musik Kotak ini cenderung keras dan energik. Jiwa-jiwa yang layu-lemas seakan kembali dibuatnya membara manakala mendengarkan lagu-lagunya yang 'bising' ini. Musik-musiknya begitu cocok diperdengarkan untuk mengiringi hari-hari dengan penuh semangat.

Anyway, langsung saja ke pembahasan inti dari artikel ini, agar feel dari lagu ini semakin meresap di dalam benak saya, saya pun menuliskan artikel ini sambil memutar dan mendengar lantunan lagu 'Manusia Manusiawi' ini. 

Sejak detik-detik awal dari lagu ini, saya merasakan tiap nada dan lirik dari lagu Kotak ini begitu kalem namun memiliki rasa "kehidupan" tersendiri yang tidak dimiliki oleh lagu-lagu rancaknya yang pernah rilis sebelumnya. Pesan yang disampaikan di dalamnya melahirkan imajinasi yang begitu kuat, seakan begitu mengena dan menggetarkan hatimu.. hatimu... 

Mohon maaf, saya jadi typo saat menuliskannya sebab terlalu terhanyut terbawa oleh indahnya suara Mbak Tantri yang tepat di lirik ini.

Pesan pertama yang saya dapat setelah mendengar lagu ini adalah hendaknya seseorang bersegera untuk bangkit dari keterpurukannya begitu ia merasa terjatuh akibat kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya di masa lalu. 

Meskipun telah terjerembap dalam dunia yang paling kelam sekalipun, hendaknya seseorang tidak terlalu larut untuk menghakimi setiap kesalahannya hingga menyebabkannya menjadi putus asa dalam menjalani sisa-sisa kehidupan. Dan sepatutnya, ia pun berbuat yang sebaliknya. Ia harus mampu untuk lekas berdamai dengan dirinya, memaafkan dirinya sendiri. Sebab, serendah apapun seseorang itu terjatuh, tetap saja ia adalah makhluk yang berharga di hadapan Tuhan.

Pesan kedua yang saya tangkap dari lagu ini adalah setiap manusia tentu memiliki potensi tersendiri yang dititipkan oleh Tuhan pada diri mereka. Potensi itulah yang harus mereka temukan dan mereka kembangkan dengan semaksimal mungkin. Hal ini sebagaimana dijelaskan melalui pitutur puisi yang disampaikan oleh Mbah Nun di tengah-tengah lagu ini:

Manusia mengembarai langit 

Manusia menyusuri cakrawala 

Tidak untuk menguasainya 

Melainkan untuk menguji dirinya 

Apakah ia bertahan 

Menjadi manusia

Tidak untuk hebat, kuasa, atau perkasa 

Melainkan untuk setia

Sebagai manusia

Dalam frasa 'Manusia mengembarai langit, manusia menyusuri cakrawala', seakan Mbah Nun hendak menuntun siapa saja, bahwa seseorang hendaknya menggali sedalam mungkin potensi yang dimiliki dirinya, sehingga ia dapat memberdayakan segala potensinya itu dengan semksimal mungkin. 

Dua frasa awal pada puisi Mbah Nun ini mengingatkan saya pada QS Ar-Rahman ayat 33 yang artinya kurang lebih adalah, "Wahai sekumpulan jin dan manusia, jika kalian mampu untuk mengembarai langit dan bumi, maka jelajahilah. Dan kalian tidak akan sanggup untuk menyusurinya kecuali dengan kemampuan."

Saya memahami ayat tersebut seakan terdapat anjuran maupun tantangan bagi seluruh makhluk Allah baik itu golongan jin maupun manusia agar memberdayakan segala kemampuan mereka untuk mengembarai, mengeksplorasi, meneliti, memanfaatkan, dan memelihara seluruh ciptaan Allah yang terhampar di langit maupun di bumi ini. 

Dan, manakala seseorang telah mengetahui dan memberdayakan potensi yang dimiliki oleh dirinya itu, hendaknya hal itu tidaklah ia jadikan sebagai ajang untuk mendeklarasikan kehebatan diri, merasa unggul atas makhluk yang lainnya, yang kemudian akan berpeluang mengantarkannya pada kesombongan, keangkuhan, dan kehinaan dirinya sendiri di hadapan Tuhan. 

Justru sebaliknya, sepatutnya ia harus senantiasa menyadari, bahwa keunggulan pada dirinya itu merupakan modal yang Allah titipkan untuknya sebagai bekal untuk mendekatkan diri pada-Nya.

Untuk menjadi pribadi yang dapat semakin dengan Tuhan, maka tak lain tak bukan jalan yang ditempuh oleh seseorang adalah dengan cara memanusiakan manusia yang lainnya, ia harus mampu menjadi manusia yang manusiawi. Ia harus menjadi pribadi yang mampu menghargai dirinya maupun makhluk lainnya. Ia tidak berbuat zalim terhadap dirinya sendiri maupun orang lain, sekeruh dan sekelam apapun masa lalunya itu. 

Boleh saja ia bersikap keras terhadap kesalahan dan khilaf dirinya di masa terdahulu, sebagai cambuk untuk dirinya agar tidak terulang kembali. Namun, sekeras apapun sikap seseorang terhadap masa lalunya itu, sepatutnya tidaklah kemudian ia membenci dan mengutuk dirinya sendiri, sebab ia merasa tidak ada peluang lagi bagi dirinya untuk bangkit dan memperbaiki diri.

Untuk dapat berdamai dengan masa lalunya, seseorang perlu membekali dirinya hati dan pikiran yang dingin agar ia benar-benar sadar, tahu, dan paham, apa sebenarnya potensi yang telah dititipkan oleh Tuhan pada dirinya itu. Dengan berbekal itu semua, maka ia pun akan menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah dan berputus asa dalam menjalani cobaan kehidupan, sebab ia senantiasa berupaya memperbaiki dirinya untuk menjadi manusia semakin manusiawi sebagaimana yang dikehendaki oleh Tuhan.

Itulah penafsiran dangkal saya mengenai lagu 'Manusia Manusiawi' ini. Mohon maaf jika pembahasannya masih terlalu di permukaan, yang seharusnya lebih banyak yang dapat saya ungkap dari yang terkandung di dalamnya. Jika di kemudian hari saya menyadari kekurangan saya ini, tentu saya akan menyempurnakan tulisan ini, sehingga artikel ini pun bisa saja sewaktu-waktu akan saya sunting, saya tambahi, dan saya sempurnakan, untuk mendapatkan makna sebenarnya yang harus disampaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun