Perkawin dua insan, lelaki dan perempuan adalah ketika hubungan menjadi intens dan sampai pada titik  puncak "penyatuan" dan "keberpasangan"- nikah juga zuwaj.
Nikah adalah penyatuan jiwa raga, penyatuan segala cita-cita dan harapan laki-laki dan perempuan yang menjadi pasangannya.
'Aku' hilang sama sekali ketika si lelaki dan perempuan sudah berikrar dalam perkawinan. Keduanya berada pada miniatur yang ideal dari apa yang disebut sebagai hidup utuh. Sebelum masuk perkawinan keduanya hidup dalam pragmentasi, terpecah dan tak lengkap.
Ia tak lengkap karena tak ada cermin (pasangan) dan cahaya yang memantulkan bayangnya, sehingga apa yang dijalankannya, apa yang dilakukannya melulu kepentingan si aku, diri pribadi. Yang demikian menunjukan ia terasing bagi dirinya sendiri, tenggelam pada diri dan maunya sendiri mengucilkan diri dalam keriuhan.Â
Nampaknya saja ia tengah berubungan dengan pihak lain, sejatinya ia hanya bergaul dan berhubungan dengan diri sendiri (keinginan,ambisi dan kepentingannya)
Sebelum menikah, si lelaki boleh menjalankan hidup sesukanya, menentukan sendiri mulai dari cara berpakaian, pilihan warna, makanan kesukaan dan tempat-tempat khusus yang ia kunjungi.Â
Begitupula dengan si perempuan sebelumnya ia dapat menghabiskan waktu berlama-lama berkumpul dengan teman-temannya, jalan-jalan, pilihan tontonannya dan seterusnya, tapi setalah dalam pernikahan, penyatuan, zuwaj, keberpasangan, semua tindakan diselaraskan, diharmonikan guna terjalin keutuhan dan keseimbangan. Keutuhan karena kini dalam hubungan, keduanya telah melihat kesamaannya ;
Sama-sama manusia
Sama-sama hidup
Sama-sama dewasa
Sama-sama cinta