Ada yang unik di Kota Tanah Grogot, pusat pemerintahan Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Hampir semua fasilitas bangunan milik Pemda berwarna ungu.
Di sepanjang jalan perkotaan, semua kantor pemerintahan berwarna ungu, dari mulai cat dinding sampai dengan pilar pagar. Tak terkecuali bak-bak penampungan sampah, baik yang terbuat dari tembok maupun container berwarna ungu.
Jika di tempat-tempat lain, marka jalan berwarna kontras hitam-putih, di kota yang berjarak 3 jam perjalanan dari Balikpapan ini diwarnai ungu-putih. Warna yang sama juga dipakai menjadi warna dasar gapura-gapura pembatas kecamatan dan desa, semua serba ungu.
Beberapa kilometer dari pusat kota, terdapat sebuah telaga buatan yang dilengkapi dengan bangunan menjorok mirip dermaga tetapi kecil. Selain bangunan-bangunan dan dermaganya berwarna ungu, terdapat tulisan “TELAGA UNGU”. Sayangnya tidak terabadikan dengan baik karena saya memotretnya tanpa turun dari mobil.
Ketika saya makan daging payau (rusa) yang menjadi salah satu khas makanan di daerah tersebut di salah satu rumah makan di Simpang Pait Kecamatan Long Ikis, singgahlah sebuah mobil inventaris desa yang juga berwarna ungu. Benar-benar menujukkan citra muda dan enerjik. Penumpangnya adalah seorang bapak dan tiga orang ibu yang semuanya memakai baju pemda, tetapi tidak berwarna ungu.
Untuk menghabiskan kepenasaran saya dengan warna abege tersebut, saya menanyai bapak yang menggunakan baju pemda yang nyetir mobil tersebut apa artinya dan bagaimana sejarahnya warna tersebut. Namun bapak itu dengan senyum malu mengatakan tidak tahu apa-apa tentang pemilihan warna tersebut. Ia hanya menduga kalau warna itu merupakan warna kesenangan Pak Bupati.
Sampai disitu, saya membuat kesimpulan sementara bahwa mungkin bupatinya masih muda dan enerjik seperti yang dikesankan oleh warna tersebut. Yaa.. atau mungkin ia juga manusia kelahiran generasi sekarang yang menyukai band “ungu”. Atau dia mengidolakan Pasya Ungu....?
Di perjalanan, saya sengaja berbincang dengan sopir kami yang cukup mengenal daerah tersebut. Konon ternyata umur pak bupatinya sudah sangat tua, sekitar 70 tahunan. Sepengetahuan sang sopir tersebut, katanya penggunaan warna ungu tersebut baru dimulai sejak tahun lalu, setelah istrinya meninggal.
Tanpa ingin menginterpretasikan lebih jauh, sungguh sangat unik pemilihan warna tersebut sebagai simbol sebuah kabupaten….
Lihat beberapa photo di bawah ini :
[caption id="attachment_289493" align="alignnone" width="300" caption="Gapura Ungu"][/caption] [caption id="attachment_289494" align="alignnone" width="300" caption="Marka Jalan Ungu"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H