Bersepeda menyusuri jalan-jalan kecil di pinggiran Bogor sungguh mengasyikkan. Apalagi di jalanan yang tidak banyak dilewati kendaraan seperti ke arah perkenunan sawit di sekitar Ciseeng sampai Bantar Kambing – Kabupaten Bogor, selain alamnya masih segar dengan pepohonan yang masih cukup rapat, juga medannya yang naik-turun yang menjadi kemenarikan tersendiri bagi pesepeda.
Pada suatu minggu, bersama seorang teman saya turun sekitar jam 6 pagi dengan harapan mendapat kesegaran pagi di sana. Setelah perjalanan sekitar 10 km kami baru sampai di Ciampea. Karena yang langsung ke Darmaga kami pernah, maka kami putuskan untuk menyusur jalan lain yang melewati Situs Ciaruteun.
Setelah menikmati turin naiknya jalan aspal di perkampungan tersebut sampailah ke sebuah pedesaan yang perkampungannya cukup padat. “Nanti sekitar 5 kilo lagi ada pertigaan Rumpin, kalau ambil kanan akan melalui perkebunan sampai tembus ke Ciseeng, kalau ambil kiri tembus ke Leuwi Liang”, demikian kira-kira informasi masyarakat ketika kami nanya-nanya terusan jalan tersebut. Busyet deh…. Saya hampir saja memutar untuk balik lagi, karena baik ambil kanan atau ambil kiri sudah pasti lebih dari 30 km lagi untuk sampai ke rumah….
Namun ketika sampai dipertigaan Rumpin seperti yang ditunjukkan orang tadi, kami sepakat untuk belok kiri menuju arah Leuwi Liang. Meski kata orang dari situ ke Leuwi Liang masih 20 km lagi, tapi kami putuskan untuk lewat situ. Asumsi buruknya, jika kami tidak kuat lagi menggowes, kami bisa carter angkot untuk pulang. Sementara ke kanan adalah perkebunan sawit yang tidak yakin aka nada kendaraan yang bisa disewa atau tidak jika kami tidak kuat.
Menggowes di situ memang mengasyikkan, jalanan sepi, kiri kanan pepohonan yang diselingi rumah-rumah yang sebagian semi permanen. Ada juga pabrik CPO yang menunjukkan bahwa di situ juga ada perkebunan kelapa dsawit yang cukup luas.
Setelah setengah jam, saya mulai mengerutkan dahi karena di depan meliha sebuah bukit. Ke teman saya menanyakan apakah kita akan melalui bukit itu atau tidak?. Harapan saya sih semoga saja jalan yang akan kami lalui adalah relung sempit di antara bukit-bukit itu dengan tanjakan tidak terlalu terjal. Tapi Astagfirullah.. ternyata bukit itu benar-benar harus dilalui. Saya akhirnya menyerah sebelum bertanding, begitu jalan menerjal, saya langsung turun dan dorong sepeda. Itulah kali pertama saya menyerah sebelum bertanding selah sekian lama bersepeda,
Sampai di atas, ternyata itu adalah perkebunan karet. Sungguh indah memandang wilayah Kabupaten Bogor Bagian Barat dari ketinggian bukit tersebut. Namun, di tengah istirahat itu kami masih menyimpan kebingungan masih akan berapa jauh lagi jarak yang harus kami tempuh. Tapi akhirnya saya sama teman memutuskan untuk mencoba dulu sampai Leuwi Liang, setelah itu diputuskan mau pulang dengan gowes lagi atau nyewa angkot saja.
[caption id="attachment_377973" align="alignnone" width="640" caption="Istirahat di Kebun Sawit, sekitar 10 km dari Leuwi Liang (Photo : Dokumen Pribadi)"][/caption]
Jam 10 kami baru sampai di Leuwi Liang, di sebuah toko tertulis Jalan Raya Darmaga KM 19. Alhamdulillah, percaya diri saya bertambah dengan informasi itu, artinya sekitar 20 km lagi kami sampai di rumah. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang dengan menggowes lagi. Setelah istirahat, kami melanjutkan perjalanan dengan santai dan sekitar setengah 12 sudah sampai di rumah.
Saking penasaran, setelah itu saya coba ukur jalan itu dengan menyelusurinya pakai sepeda motor. Ternyata jarak yang kami tempuh menujukkan 56 km. Wow…. Ternyata jauh juga. Pantesan setelah menempuh rute itu saya merasa sanggup untuk nyepeda ke Sukabumi. Dari rumah saya ke rumah mertua di Sukabumi jaraknya hanya 58 km saja.
Yah, akhirnya kami ketagihan memasuki rute tersebut sampai-sampai pernah nyasar di kebun sawit segala. Rute membingungkan ternyata sangat mengasyikkan saudara-saudara.......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H