Beberapa bulan terakhir berlalu tanpa hujan yang cukup, bahkan di Bogor, tempat tinggal saya yang punya julukan kota hujan. Jika biasanya hampir setiap hari hujan, kini jarang sekali sehingga debu bertebaran dimana-mana dan dedaunan mengering.
Di kampung saya, Desa Tomo, Kabupaten Sumedang malah lebih parah lagi. Sungai Cimanuk yang normalnya sekitar 60 meter dengan kedalaman di tengah sampai 4 meter, kini hanya tinggal 20 meter saja dengan kedalaman sungai yang sebagian tak cukup untuk melewatkan perahu.
Setiap mudik lebaran, saya bersama anak-anak selalu menikmati sungai itu dalam kondisi apapun. Jika sedang musim hujan mereka bermain lumpur, jika musim kemarau seperti sekarang bermain jeram. Ini dia cerita  mudik pada H+2 lebaran kemarin:
- Jalan menuju rumah kampung menuju rumah orang tua saya, jalan paving block selebar 1 meter di sekitar kebun jati. Â Untuk menjangkaunya harus menyebrang sungai Cimanuk dengan menggunakan perahu.
[caption id="attachment_208206" align="aligncenter" width="300" caption="Jalan di Kampung Kami"][/caption]
- Sungai Cimanuk yang hampir kering karena kemarau yang sangat panjang. Jika normalnya selebar 60 meter, kini paling 20 meter. Namun situasi itu tidak mengurangi minat anak-anak saya untuk menikmatinya.
[caption id="attachment_208207" align="aligncenter" width="300" caption="Anak-anak dan keponakanku sedang bermain sungai Cimanuk"]
- Ketika masih anak-anak dulu, bapak saya juga memiliki perahu sehingga saya pun sudah bisa mengendarainya sejak masih SD. Kemarin saya mencoba memainkannya lagi dengan membawa anak-anak.
[caption id="attachment_208208" align="aligncenter" width="300" caption="mengenang masa anak-anak dengan bermain perahu"]
Nah, ini ceritaku, mana ceritamu??? Mohon maaf lahir bathin kawan-kawan.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H