Sepeda motor merk Honda sepertinya merajai pasaran sepeda motor di Indonesia. Karena itulah sayapun menjatuhkan pilihan kepada kuda besi produk Negeri Sakura itu ketika ingin memilikinya.
Setahun yang lalu tepatnya bulan Oktober 2013, saya membeli salah satu produk terbaru mereka yang bertype Supra X 125. Sampai saat ini beberapa kali dipakai mudik Bogor-Sukabumi, seminggu sekali dipakai ke pasar dan sehari-harinya dipakai istri untuk ngantar sikecil yang sekolah di TK yang berjarak sekitar 2 km dari rumah dan untuk belanja ke warung di luar komplek. Kalau tidak dipakai mudik, seminggu konsumsi bensinnya hanya sekitar 20 ribu rupiah saja.
Sampai artikel ini ditulis, kilometer kendaraan telah mecapai 8300. Kalau lama pemakaian sampai sekarang dibulatkan menjadi 13 bulan, artinya sebulannya dipakai untuk jarak tempuh 638 km atau 21,3 km perharinya.
Saya menservis motor tersebut sekitar 2 bulan sekali dan empat servis pertama saya lakukan di bengkel resmi Honda. Sekitar bulan ke 9, mulailah masalah dengan kendaraan tersebut yaitu oli netes terus meski dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Setelah diperiksa di bengkel itu juga, ternyata seal mesin hancur, kebocoran terjadi karena dari blok mesin satu dengan blok mesin lain tidak ada media kedap cairan. Ketika diperbaiki, biaya pasang gratis tetapi sealnya harus beli.
Bulan ke 10, dari rante mengeluarkan suara berisik seperti kekeringan atau regangannya tidak pas. Meskipun sudah diberi minyak dan regangannya pas, rante tetap berisik. Setelah di periksa di bengkel itu lagi ternyata gear dan rantenya aus dan untuk menggantinya saya harus membeli onderdil tersebut dengan harga sekitar 150 ribu berikut pemasangan.
“Lho… kok motor baru gearnya sudah aus lagi? Saya beli belum setahun loh…..”. Kira-kira demikianlah keluhan saya pada mekanik bengkel itu. “Iya pak, motor-motor baru sekarang mah begini, beda dengan motor lama” Kira-kira demikian juga jawaban dari bengkel tersebut. Saya tidak ingin tahu apakah seal, gear dan rante itu original atau tidak, yang jelas saya membeli motor tersebut langsung dari dealer sehingga kecil kemungkinan dipasang kualitas yang abal-abal.
Saya tahu gear dan rante adalah barang habis pakai yang memang makin sering dipakai makin singkat pula umurnya. Tapi kalau seal hancur dalam waktu 8 bulan dan gear serta rante rusak dalam waktu 10 bulan, apa bukti jaminan kualitas 100% itu? Mungkin tulisan ini tidak akan pernah muncul jika saya tidak merawat sebagaimana mestinya atau menyiksa kendaraan dengan digeber sampai seratus kilo lebih perharinya seperti yang biasa dilakukan para canvaser atau salesman. Saya hanya memakai rata-rata 21 km per hari.
Saat ini saya memiliki tiga unit sepeda motor merk tersebut, yang terdiri dari dua type bebek dan satu type motor lelaki. Saya pakai satu Supra Fit tahun 2008, anak sulung saya satu GL Max tahun 2003 dan satu lagi yang dikeluhkan di sini adalah Supra X 125 produksi terbaru yang dipakai istri untuk ngantar si kecil yang baru masuk TK.
Gimana nih Honda, apa bukti jaminan kualitas 100% seperti yang terpampang pada stiker yang terpasang di sayap depan itu…?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H