Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Money

Mesinisasi Manusia pada Toko dan Televisi 24 Jam

18 November 2012   01:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:08 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faham ekonomi kapital yang sudah merasuk ke darah daging masyarakat Indonesia menyebabkan kita tidak menyadari lagi kalau hidup ini sudah dikendalikan dengan uang. Berbagai sisi kehidupan secara tidak disadari disesuaikan dengan kepentingan tersebut dari mulai kebijakan makro sampai pada tindakan spesifik.

Salah satu yang saat ini marak adalah tumbuhnya toko-toko yang beroperasi 24 jam.  Kebijakan itu memang sangat kreatif di tengah menjamurnya usaha-usaha eceran.  Ketika toka-toko lain tutup, ia bisa mengais laba dari konsumen yang membutuhkannya pada jam tidak biasa tersebut sehingga dapat mempertahankan keberlangsungan usahanya di rimba persaingan ekonomi yang semakin ketat.

Hal yang sama juga terjadi pada stasiun televisi yang beroperasi 24 jam. Peranannya yang memberi hiburan pada masyarakat ketika istirahat terus dikembangkan sampai ke tahap merenggut waktu istirahat itu sendiri. Acara-acara terbaik disiarkan malam-malam ketika orang seharusnya tidur. Bagi penonton ini tentu tidak masalah karena tidak pernah ada paksaan untuk menonton, tetapi bagi pegawai-pegawai yang mengoperasikan televisi tersebut mereka harus menahan kantuk demi terselenggaranya siaran televisi 24 jam tanpa putus.

Toko dan TV tersebut sepertinya tidak rela melihat potensi laba yang berlalu begitu saja sehingga mau tidak mau harus “memesinkan manusia” . Memang  mereka yang beroperasi 24 jam itu pastinya menggunakan sistem  shift.  Jika satu grup bekerja  selama 8 jam perhari, hanya dibutuhkan 3 shift saja untuk bisa mengoperasikan usaha selama 24 jam tersebut.  Sepintas ini adalah biasa, namun dari sisi kemanusiaan, khususnya keterbatasan manusia akan kemampuan fisik, tentunya hal ini adalah sebuah pelanggaran kemanusiaan terlepas dari ada aturan yang membolehkannya.

Ketika jam biologis seseorang seharusnya beristirahat, ia harus tetap melek untuk  bisa bekerja dan memperoleh imbalan. Kondisi ini tanpa disadari telah menjadikan manusia sebagai mesin-mesin produksi yang harus bekerja kapan saja, sesuai dengan keinginan majikan. Jika tidak, bisa jadi  ia akan tersisih dari persaingan mendapatkan pekerjaan.

Dengan kegiatan ekonomi yang normal dimana usaha-usaha tutup pada saat jam biologis manusia harus beristirahat, kebutuhan tenaga kerja juga tidak bisa dihindari. Satpam-satpam harus menjaga asset perusahaan, hotel harus melayani pelanggannya, perusahaan koran harus mencetak korannya  dan rumah sakit harus siaga untuk menangani orang sakit yang tidak waktunya tidak bisa kompromi. Tapi tentu  itu adalah kekecualian-kekecualian.

Bagaimana menurut anda…..??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun