Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kopi Ternikmat Itu Adanya di Sudut Kota

23 November 2012   17:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:46 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ritual minum kopi sudah saya jalani mungkin sejak 20 tahun yang lalu, ketika saya masih kuliah. Tiada hari tanpa minum kopi kecuali 6 hari tahun kemarin ketika saya dua kali terserang penyakit maag. Pada kondisi normal, saya minum kopi 3 kali sehari yaitu pagi, sore dan malam. Yah, segelas kopi dengan sebatang rokok filter itu terasa cukup untuk sedikit meregangkan ketegangan-ketegangan dalam menjalani kehidupan ini.

Selainmenikmati kopi pagi dan malam bikinan istri tercinta, rutinitas minum kopi juga dilakukan di kantor ketika jam kerja. Biasanya office boy menyajikannya jam 2 atauh jam 3 sore. Maka ketika jam-jam tersebut saya berada di luar kedua tempat itu, berbagai cara dilakukan untuk dapat menikmati si hitam manis tersebut, dari mulai nongkrong di café sampai warung kopi di sudut jalan.

Meskipun saya fanatik pada kopi hitam, namun suasana hati sangat menentukan nikmatnya menyeruput minuman berkafein tersebut. Boleh jadi kopi Starbuck itu rasanya super enak atau ngopi sambil nongkrong di café itu nyaman, namun sensasi kenikmatan minum kopi yang saya rasakan luar biasa adalah ketika malam-malam ngopi di sebuah sudut kota berbaur bersama para tukang becak atau sopir angkot yang lagi mangkal.

Di tempat itu sungguh berbeda dengan di café atau restoran yangsuasananya serba indiividualis. Di sana saya ngobrol ngalor-ngidul dengan siapa saja, dari mulai mengupas kondisi politik menurut sudut pandang mereka sampai pada kelucuan-kelucuan yang terjadi pada kehidupan di sekitar mereka. Ada tukang becak yang “tidak dikasih jatah” oleh istrinya karena pulang tidak membawa uang, atau seorang sopir angkot yang pulang disambut semburan air seember gara-gara uang hasil nambangnya habis dipakai judi sama teman-temannya. Namun biasanya itu dikomentari dengan gelak candadan gurauan-gurauan seolah itu hanya masalah sepele yang bisa dijadikan lelucon.

Ketika ada orang baru, apalagi terlihat berasal dari status sosial kebih baik, sebetulnya mereka sering terdiam seolah kagok untuk saling bicara.Tetapi ketika kita mampu meleburkan diri dengan mereka, membahas situasi politik menggunakan cara pandang mereka atau ngomong dengan tata bahasa mereka, mereka adalah kelompok yang menyenangkan untuk diajak bercerita.

Mentraktir semua orang yang sedang ngopi di situ belum tentu lebih mahal dari harga secangkir kopi Starbuck. Ucapan terima kasih dan senyum tulus mereka ketika pamit, membuat saya selalu berkeinginan untuk datang lagi.  Kira-kira apa yang  akan anda rasakan ketika habis ngopi anda pamit, orang-orang tidak dikenal sekitar anda mengatakan "hati-hati di jalan"?

Secangkir kopi hitamditemani beberapa gorengan atau roti bakar di tempat itu selalumenjadikan saya menjadi manusia yang sangat beruntung, karena dianugrahi nasib yang lebih baik dari mereka. Suasana seperti itu selalu mengingatkan saya untuk selalu mensyukuri nikmat tuhan atas nikmat yang diberikanNya. Akibatnya meskipun hanya di warung kopi kecil sudut kota dengan tempat duduk bangku kayu tanpa dicat dan berlantaikantanah,kenikmatan minum kopi itu menjadi tak terhingga karena mendapatkan nikmat lahir dan nikmat batin.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun