Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Koalisi Ideal di Tatar Sunda, Bukan Jokowi-JK atau Prabowo-Hatta

23 Mei 2014   17:45 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:12 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kampanye pemilihan presiden berjalan terus, kompasiana tak kalah ramai dari mulai menyanjung calon pilihannya sampai menghujat calon sebelahnya. Harapan kampanye cerdas di media cerdas ini tinggalah harapan karena lebih banyak kampanye hitam dan gelap  dibanding dengan kampanye cerdasnya.

Yuk, sedikit meninggalkan gontok-gontokan dan menyimak koalisi ideal di Tatar Sunda versi saya :

1. Timun-Kerupuk

Di kampung saya, sebuah sudut wilayah Jawa Barat, mentimun tidak selalu harus berada di dalam gado-gado atau acar. Mentimun mentah yang seharusnya menjadi salah satu komponen lauk-pauk juga bisa dijadikan camilan yang menyegarkan. Makan mentimun (bonteng) akan berpadu serasi jika disertai kerupuk. Mentimun yang manis-manis basah dengan kerupuk yang renyah dan asin akan menghasilkan sensasi rasa yang bisa bikin kita lupa berapa banyak yang sudah kita makan. Karena nikmatnya makanan tersebut, istilahnyapun luar biasa, tak sanggup saya tuliskan disini karena mungkin akan dibredel (sensor) admin.

2. Kelapa-Gula Merah

Di perkampungan Tatar Sunda, ketika tidak ada kue, roti atau coklat, kelapapun bisa dijadikan camilan yang menyegarkan. Kelapa yang dimaksud bukan es kelapa muda, tetapi kelapa tua yang biasa diparut untuk bahan makanan. Cara yang paling enak adalah dengan memakannya bersamaan dengan gula merah.  Bersatunya dua rasa tersebut juga menghasilkan sensasi yang dapat memanjakan lidah.

3. Tahu Panas-Cabe Rawit

Sebagai Putera Sumedang, saya tidak akan terlewat untuk mempopulerkan tahu yang memang khasnya daerah kami. Ketika makan tahu sumedang panas-panas (kalau bisa langsung habis diciduk dari penggorengan) dipadu dengan cabe rawit segar, rasanya sungguh luar biasa. Sampai saat ini, tiada tahun terlupakan dengan menu ini, bisa bikin lupa hutang. Tidak aneh, setiap lebaran, kota kecil sebelah timur Bandung ini selalu macet akibat pengunjung yang ingin pulang dengan beberapa bongsang tahu.

Demikian ……..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun