Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Jika Tersesat di Alam Bebas, Bacalah Perilaku dan Pergerakan Alam

3 Mei 2012   03:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:48 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1336024207592752220

[caption id="attachment_185916" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Tersesat di Jakarta atau kota besar lainnya bukanlah berita buruk, cukup dengan bertanya kepada orang-oranganda sampai ke tempat yang akan dituju. Namun jika anda tersesat di alam bebas, bukan sekedar berita buruk, nyawapun bisa jadi taruhannya ketika benar-benar tidak menemukan jalan seharusnya.

Pada tahun 2009 lalu, perusahaan kami mendapat tugas dari Kementerian Perhubungan untuk mencari lokasi pelabuhan ferry untuk lintas Tepeleu-Kapaleo di Kabupaten Halmahera Tengah. Dalam perjalanan survey, saya dan seorang teman survey lainnya yang merupakan atasan saya pernahtersesat di dalam sebuah teluk yang bernama Letuk Woyopon, karena pendeknya jarak pandang akibat hujan yang sangat deras di laut itu.

Awalnya adalah ketika akan melihat sisi sebelahnya teluk tersebut, kamimemutuskan untuk nyewa perahu motor milik nelayan karena lewatdarat terlalu memutar dan jalannya rusak. Perjalanan ke lokasi yang dimaksud hanya sekitar setengahjam saja sehingga jaraknya diperkirakan tidak lebih dari 5 mil laut.

Setelah melihat-lihat kondisi fisik lahan dan lingkungan sekitarnya serta bincang-bincang dengan satu keluarga yang ada di lokasi tersebut, kami bergegas untuk kembali karena terlihat akan segera turun hujan. Maka kamipun kembali naik perahu motor yang isinya hanya tiga orang itu, yaitu saya, atasan saya dan motoris pemilik perahu tersebut.

Baru saja 10 menitkami meninggalkan daratan, tiba-tiba hujan turun sangat lebat. Namun kami sepakat melanjutkan perjalanan karena motorisnya menyanggupinya meskipun jarak pandangsangat pendek sehingga daratan yang sebelumnya kelihatan jelas menjadi tidak tampak sama sekali. Maka sekeliling kami hanyalah warna putih keabu-abuan yang merupakan warna air hujan yang sangat rapat.

Sang motoris terlihat cukup percaya diri ketika dia bercerita bahwa ia adalah penduduk setempat yangtidak mungkin tersesat di kampungnya sendiri. Namun ketika itu saya merasakan adanya kejanggalan karena sudah terlalu lama berada di laut tetapi tidak merasakan arus pinggir pantai. Maka setelah hampir 1 jam berada di laut, saya berani mengatakan bahwa kita kesasar dan salah jalan. Saya juga menunjukkan bahwa seharusnya perahu searah dengan ombak, tetapi saat itu tegak lurus dengan ombak.

Pada awalnya motoris itu tidak mendengar omongan saya dan sangat yakin dengan perasannya sehingga tidak merubah arah perahu. Atasan saya mungkin merasakan hal itu sehingga di tengah hujan deras terpaksa mengeluarkan GPS. Beliau mengatakan “dari pada tersesat dan kehabisan bensin di tengah laut, lebih baik rusak GPS karena kehujanan”. Itu pertimbangan yang sangat logis menurut saya.

Berdasarkan informasi GPS diketahui bahwa kami benar-benar salah arah dan hampir menuju ke tengah laut. Saat itu juga perahu berbalik arah karena tempatyang kami tuju sudah terlewat jauh. Alhamdulillah Allah menyelamatkan kami, setengah jam kemudiankami sampai ke tujuan dengan selamat.

Setelah menambat perahu, sang motoris baru mengatakan bahwaketika nyasar tadi ia khawatir bensinnya tidak cukup untuk sampai ke tepi.Tetapi untuk tidak menambah kepanikan, ia tidak mengatakan apa-apa.Yah, ketika situasi demikian memang dilarang bertindak atau berkata yang akan menambah panik. Yang harus dilakukan adalah membaca pergerakan atau tanda-tanda alam dan menterjemahkannya ke dalam logika yang dapatmembawa ke arah yang benar.

Beberapa tips lain untuk menyelamatkan diri dari tersesat di alam bebas yang saya peroleh adalah Jika tersesat di hutan, carilah sungai dan ikuti sampai ke hilir, kemungkinan besar akan menemukan kampung, atau teteskanlah getah pohon pada sebuah bidang datar jika tetesannya miring ke kiri maka anda harus jalan ke sebelah kanan karena ke berat cairan getah mengarah pada hutan tengah hutan yang lebih lebat.Tetapi tips ini saya belum pernah membuktikannya dan mudah-mudahan tidak mengalaminya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun