Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

BBM Naik Tarif Naik, BBM Turun Ogah Turun

12 Januari 2015   16:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:18 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dampak kenaikan harga BBM dari Rp 6.500 ke Rp 8.500 beberapa waktu lalu menyebabkan tariff ojek dari stasiun kereta ke rumah saya yang jauhnya hanya 3 km  naik dari 10 ribu ke 12 ribu. Kalau malam, yang biasanya 12 ribu jadi 15 ribu.

Kemarin, ketika menunggu di jemput istri sepulang dari Surabaya, saya sempat sedikit berbincang dengan tukang ojek yang sebagian besar mukanya sudah familiar bagi saya. Topiknya mengenai penurunan BBM yang baru saja diluncurkan pemerintah, dari Rp 8.500 ke Rp 7.600. Transkrip pembicaraan kira-kira sebagai berikut :

Tukang Ojek : “Oh.. TTC, deket atuh….”

Saya : “Yaa… dekat memang, oh ya bang gimana tarif ojeknya turun lagi nggak  dengan turunnya  harga BBM kemarin..?”.

Tukang Ojek : “Ah… turunnya kan sedikit om, cuma 900 gitu loh…. tanggung kan…???”

Saya : “Oh… jadi ga turun lagi yah…?”.  Saya ingin penegasan

Tukang Ojek : “Ya enggak om…..”

Saya : “Makasih bang, tuh istri saya sudah datang mau menjemput”

Pembicaraan saya dengan tukang ojek akhirnya terhenti begitu saja karena istri saya sudah datang menjemput. Kalau sedang tidak membawa motor sendiri, saya memang biasanya minta dijemput karena 10 ribu atau 12 ribu untuk jarak 3 km rasanya terlalu berat. Apalagi di rumah saya ada 3 unit sepeda motor yang memang untuk mensiasati mahalnya biaya transportasi.

Kembalai ke masalah perbincangan tadi, memang sudah menjadi kebiasaan penyedia jasa transportasi, jika BBM Naik, tarif langsung naik, tetapi jika harga BBM turun, tarif belum tentu turun. Seperti kasus ojek di atas dengan alasan tanggung. Entah  bagaimana mereke mendefinisikan “tanggung” itu, padahal perubahan harga 11% itu sangat-sangat signifikan.

Kasus di atas, bukan tidak mustahil jika BBM naik lagi ke Rp. 8.500 tarif ojek akan naik lagi dari 12  ribu   ke 14 ribu atau 15 ribu. Kenaikan yang kedua ini bisa dihindari jika tidak ada penurunan tersebut.

Sedikit masukan buat pemerintah, mohon untuk mengendalikan harga BBM  supaya naik-turunnya tidak terlalu sering. Apa gunanya pemerintah (menteri keuangan) kalau BBM untuk rakyat sepenuhnya mengikuti harga pasar.  KECUALI pemerintah menjamin bahwa turunnyaa harga BBM saat ini sanggup dipertahankan sampai satu atau dua tahun ke depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun