Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menikmati Rumput Tetangga yang Lebih Hijau, Ini Akibatnya

20 November 2017   11:00 Diperbarui: 20 November 2017   11:04 3186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada pribahasa, rumput tetangga selalu tampak lebih hijau. Itu untuk menunjukkan kebiasaan manusia yang selalu berssikap iri dengan orang lain. Orang lain sepertinya lebih bahagia, pekerjaannya lebih enak, gajinya lebih besar, isrinya lebih cantik dan sebagainya.

Ada baiknya dan juga ada buruknya. Melihat orang lain lebih maju dapat menjadi motivasi bagi kita untuk meningkatkan kualitas diri, dan semacamnya. Buruknya, kita bisa menjadi orang yang selalu nyinyir melihat keberhasilan atau kelebihan orang lain.  Yang lebih parah lagi adalah jika tergoda istri tetangga yang lebih molek dari istri sendiri.

Ajum, lelaki tengah baya  yang bertetangga dengan sepasang beda usia layaknya bapak-anak tetapi ternyata suami-istri rupanya tak kuat melihat rumput tetangga yang lebih hijau tersebut. Apalagi  rumah dengan halaman besar itu selalu sepi karena sang suami kadang pulang kadang tidak.  

Memang semilir angin gosip mengabarkan bahwa pasangan tetangga barunya itu adalah istri simpanan sang bapak tua hidung belang tersebut. Sang ibu muda yang "wow"  kiri-kanan depan-belakang dan atas bawah itu juga tampak menutup diri tidak mau keluar rumaah kecuali saat tukang sayur datang.

Kembali ke Ajun, saking tergodanya dengan rumput hijau itu awalnya hanya mengintip, kapan saat suaminya datang dan kapan saat sepi. Ajum juga mulai mengamati  kapan ibu muda itu mengurung diri, kapan menemui tukang sayur dan kapan ke luar rumah dalam waktu yang lama.

Setelah berhitung untung rugi dan pertimbangan yang sangat matang, tibalah saat yang paling ditunggu-tunggu. Ketika si empunya rumah tidak ada, Ajum memasukkan dua kambingnya ke dalam halaman rumah itu untuk menyantap rumput segar yang hijau lebih bersih dari di depan rumahnya. Kambing itu tentu sangat gembira.

Sang perempuan muda itu pun senang .......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun