Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ada Duta Lingkungan dalam Mobil, Buang Sampah Jadi Susah...

5 Januari 2017   14:28 Diperbarui: 5 Januari 2017   14:41 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan yang semakin semerawut, menyebabkan orang melanggar norna kehidupan menjadi hal yang wajar. Karena itu setiap ada kesempatan, saya selalu menanamkan norma-norma kehidupan  kepada anak-anak saya. Saya lebih suka menyampaikannya ketika ada kejadian yang bisa dijadikan contoh nyata.

Misalnya  ketika kami di terjebak di kemacetan lalu-lintas Bogor-Sukabumi, jalur rutin kami mudik mengunjungi mertua, tiba-tiba beberapa mobil menyerobot dari kiri melalui bahu jalan, saya  mengatakan bahwa itu adalah salah satu perbuatan dzalim yang hampir tidak terasa. Dan seperti biasa, saya selanjutnya akan mengaitkan dengan kaidah-kaidah agama dimana kejahatan itu sekecil apapun akan mendapat balasannya (QS Al-Zalzalah 7-8).

Dengan penjelasan itu, anak-anak saya tidak bertanya lagi mengapa harus begitu karena ada dalam tuntunannya. Dan yang pasti, saya harus menjadi orang pertama yang  memberi contoh pada anak-anak kami untuk tidak melakukan hal-hal yang sebenarnya mendzalimi orang lain.

Beberapa hari lalu, kami melakukan perjalanan wisata sekeluarga selama 4 hari. Selama dalam kendaraan tentunya tanpa disadari kami memproduksi sampah, baik itu bungkus makanan maupun kertas tisu bekas menyeka anggota badan. JIka tidak ditampung, tentunya akan berceceran dalam mobil kami.

Ketika melalui sebuah jembatan sungai di area perkebunan, istri saya tampak cekcok kecil dengan anak kedua saya yang perempuan yang duduk di kelas 2 SMA. Saya yang sedang nyetir penasaran untuk bertanya, “ada apa sih rebut-ribut…?” Istri saya yang pertama menjawab “ini pak si Teteh, disuruh ngelemparin sampah aja nggak mau….”.  Anak perempuan saya yang dipanggil teteh itu kemudian membela diri “nggak lah pak, teteh kan di sekolah terpilih menjadi duta lingkungan, jadi boleh dong teteh berbuat sesuatu untuk menjaga lingkungan….”.  

Hahahaha.... saya baru sadar kalau dia memang di SMA nya terpilih menjadi duta lingkungan dan jika ada acara-acara di luar sekolah harus mengenakan selendang kuning bertuliskan duta lingkungan.  Memang sudah seharusnya begitu, membuang sampah harus pada tempatnya meski tak menjadi duta lingkungan.

Saya hanya tersenyum melihat dua perempuan belahan jiwa itu memperebutkan sekantong kresek sampah. Si teteh sadar betul kalau akan dibela karena saya juga adalah praktisi lingkungan…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun