Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saya Mengantar Anak Bahkan Seminggu Sebelumnya

19 Juli 2016   15:32 Diperbarui: 19 Juli 2016   15:36 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian ini bukanlah Senin 18 Juli kemarin yang dikampanyekan Menteri Pendidikan agar orang tua dapat mengantar anaknya pada hari pertama sekolah, tetapi sudah berlalu setahun silam ketika anak bungsu saya masuk kelas 1 SD.

Anak bungsu kami memang sedikit unik, ia sangat tidak menyukai segala sesuatu yang baru. Baju baru bisa dia lempar begitu saja jika tidak menyukainya. Apalagi lingkungan baru,  di tengah keriangannya bersenda-gurau dengan kakak-kakaknya, ia akan langsung  diam jika hadir orang lain di sekitarnya. Hal inilah yang membuat kami harus ekstra keras, membawa sekolah seminggu lebih cepat agar ketika hari pertama masuk, anak sudah terkondisi.

Hari itu, saya memandikan anak memasangkan baju seragam dan sepatu hitam. Kemudian saya membawanya ke sekolah. Dalam hati saya berharap semoga saja ada satu atau dua guru di sana sehingga anak saya tidak datang ke ruangan kosong.  Sambil jalan dengan sepeda motor, sepanjang jalan saya ajak ngobrol sehingga waktu nya nggak terasa nyampai di sekolah.  

Alhamdulillah, sampai di sekolah ada beberapa guru atau mungkin petugas administrasi yang sedang duduk-duduk. Awalnya mereka kaget karena sekolah seminggu lagi. Setelah bisik-bisik saya ceritakan bahwa saya sedang mengkondisikan kegiatan sekolah pada anak tersebut, mereka menyambut antusias dan mempersilahkan anak saya datang setiap hari.  

Karena jatah cuti masih cukup, sayapun mengambil cuti untuk kegiatan tersebut selama seminggu penuh. Saya makin semangat karena setiap hari terjadi perubahan yang menggembirakan. Kalau hari pertama seperti biasa tidak mau pakai sepatu, pada hari ketiga dia sudah tidak dipaksa llagi dan sudah tahu kalau ke sekolah harus pakai sepatu. Demikian juga dengan mengkondisikan harus bangun dan mandi pagi, makin hari semakin menunjukkan peningkatan.

Kini, anak itu sudah kelas dua. Memang saya tidak ikut mengantar anak ke sekolah pada hari pertama senin kemarin itu yang dikampanyekan sebagai hari pertama sekolah. Namun, saya merasa bahwa mengantar anak itu sangat penting dan saya selalu melakukannya setiap ada waktu. Anak  kami  yang pertama, yang kini baru saja diterima di Jurusan Teknik Sipil Universitas Indonesia, dulu waktu kelas 1nya juga memiliki karakter pemalu seperti adiknya yang sekarang sehingga memaksa istri saya untuk menunggui di sekolah dari pagi sampai pulang.

Suatu pagi minggu lalu ketika dipaksa kakaknya  yang duduk di bangku SMA  untuk mandi pagi, ia menjawab “Yee jangan maksa anak kelas dua atuh….”. Saya malah terinspirasi dan menjawab : “oh bapa lupa, ade teh udah kelas dua yah, tapi kok bobonya masih sama mamah..?”.  Kontan saja pernyataan itu diikuti dua kakanya yang memang senang sekali menjahilin adiknya itu.  Dan sejak saat itu, dia mulai mau tidur di lantai atas dengan kakaknya yang laki-laki…….  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun