Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkada Jabar, Jauhkan Panggang Dari Api

10 November 2012   11:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:40 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika benar Rieke Diah Pitaloka, Dede Yusuf dan  Deddy Mizwar maju pada pencalonan gubernur/wakil gubernur  Jabar  dalam pengamatan penulis merupakan sebuah awal kemunduran kualitas perpolitikan di Indonesia, khususnya di Jawa Barat.

Mengapa membawa-bawa Indonesia,  karena pengambil keputusannya sendiri cenderung orang yang memiliki pengaruh secara nasional dalam partainya. Jika di Jawa Barat berhasil, bukan mustahil akan terjadi pada pilkada-pilkada berikutnya di tempat lain. Mengapa pula penulisnya menyebut sebagai kemunduran? Karena dalam upaya untuk memenangkan pertarungan pilkada tersebut, partai kini cenderung memilih orang yang sudah terkenal di tingkat masyarakat.

Pengusungan Rieke Diah Pitaloka, Dede Yusuf dan  Dedi Mizwar sebagai cagub dan cawagub diakui atau tidak, dilatarbelakangi oleh kepopuleran mereka yang sebelumnya merupakan selebritis yang setiap saat diberitakan di televisi. Nama-nama tersebut  pastinya lebih dikenal di masyarakat bahkan dari  Ahmad Heryawan yang saat merupakan gubernur incumbent.

Partai-partai seolah lupa bahwa tugas seorang  gubernur adalah memimpin sebuah daerah yang harus mengkoordinasikan bupati-bupati kepala daerah tingkat II yang berada di wilayahnya. Padahal masyarakat biasa saja tahu bahwa untuk seorang kepala daerah, populer saja tidak cukup.  Fenomena maraknya artis/selebritis ini mengindikasikan  jauh panggang dari api. Partai sepertinya menganggap bahwa kemenangan dalam pilkada adalah akhir dari perjuangan, BUKAN sebagai  titik awal untuk membangun bangsa.

Memang, seorang artis  tidak mustahil mampu juga memimpin daerah lebih baik dari yang lainnya. Juga tidak ada jaminan bahwa seseorang yang matang dan berpengalaman akan lebih mampu melaksanakan itu. Namun demikian, menempatkan seorang pemimpin berdasarkan kematangan individu,  pengalaman dan  kapasitasnya tentunya lebih masuk akal.

Kembali ke masalah Jawa Barat, kepemimpinan Ahmad Heryawan memang mengecewakan banyak pihak sehingga pencalonan tokoh baru akan disambut dengan antusias oleh warga yang mengharapkan gerakan perubahan. Namun demikian, bukan berarti  boleh memilih tokoh yang sekedar populer di mata rakyat.  Rasanya tidak sedikit orang yang berkualitas dan memiliki kapasitas yang cukup untuk memimpin Jawa Barat.

Tanpa mengecilkan arti dari ketiga artis tersebut,  saya  sebagai warga Jawa Barat tentu akan menghadapi dilema.  Semoga saja pada detik-detik terakhir ada calon yang lebih baik  sehingga tidak harus memilih yang buruk di antara yang terburuk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun