Jika benar Rieke Diah Pitaloka, Dede Yusuf dan  Deddy Mizwar maju pada pencalonan gubernur/wakil gubernur  Jabar  dalam pengamatan penulis merupakan sebuah awal kemunduran kualitas perpolitikan di Indonesia, khususnya di Jawa Barat.
Mengapa membawa-bawa Indonesia, karena pengambil keputusannya sendiri cenderung orang yang memiliki pengaruh secara nasional dalam partainya. Jika di Jawa Barat berhasil, bukan mustahil akan terjadi pada pilkada-pilkada berikutnya di tempat lain. Mengapa pula penulisnya menyebut sebagai kemunduran? Karena dalam upaya untuk memenangkan pertarungan pilkada tersebut, partai kini cenderung memilih orang yang sudah terkenal di tingkat masyarakat.
Pengusungan Rieke Diah Pitaloka, Dede Yusuf dan Dedi Mizwar sebagai cagub dan cawagub diakui atau tidak, dilatarbelakangi oleh kepopuleran mereka yang sebelumnya merupakan selebritis yang setiap saat diberitakan di televisi. Nama-nama tersebut pastinya lebih dikenal di masyarakat bahkan dari Ahmad Heryawan yang saat merupakan gubernur incumbent.
Partai-partai seolah lupa bahwa tugas seorang gubernur adalah memimpin sebuah daerah yang harus mengkoordinasikan bupati-bupati kepala daerah tingkat II yang berada di wilayahnya. Padahal masyarakat biasa saja tahu bahwa untuk seorang kepala daerah, populer saja tidak cukup.  Fenomena maraknya artis/selebritis ini mengindikasikan  jauh panggang dari api. Partai sepertinya menganggap bahwa kemenangan dalam pilkada adalah akhir dari perjuangan, BUKAN sebagai titik awal untuk membangun bangsa.
Memang, seorang artis  tidak mustahil mampu juga memimpin daerah lebih baik dari yang lainnya. Juga tidak ada jaminan bahwa seseorang yang matang dan berpengalaman akan lebih mampu melaksanakan itu. Namun demikian, menempatkan seorang pemimpin berdasarkan kematangan individu,  pengalaman dan kapasitasnya tentunya lebih masuk akal.
Kembali ke masalah Jawa Barat, kepemimpinan Ahmad Heryawan memang mengecewakan banyak pihak sehingga pencalonan tokoh baru akan disambut dengan antusias oleh warga yang mengharapkan gerakan perubahan. Namun demikian, bukan berarti  boleh memilih tokoh yang sekedar populer di mata rakyat. Rasanya tidak sedikit orang yang berkualitas dan memiliki kapasitas yang cukup untuk memimpin Jawa Barat.
Tanpa mengecilkan arti dari ketiga artis tersebut, saya  sebagai warga Jawa Barat tentu akan menghadapi dilema.  Semoga saja pada detik-detik terakhir ada calon yang lebih baik  sehingga tidak harus memilih yang buruk di antara yang terburuk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H