Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Tragedi Shukoi dan Longsor di Ambon, Semoga Tidak Ada Diskriminasi!!

27 Mei 2012   18:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:42 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bumi pertiwi sepertinya tidak pernah lepas dari incaran bencana, setelah beberapa hari lalu banjir melanda Kota Balikpapan yang menewaskan 4 orang, kemain longsor menimpa Ambon dengan korban meninggal 6 orang.

Salah satu stasiun televisi memberitakan bahwa evakuasi korban  bencana longsor di Ambon cukup sulit karena peralatan yang digunakan sederhana dengan jumlah personil yang terbatas. VIVAnews memberitakan bahwa dari 8 korban tewas baru 6 yang ditemukan.

Pantauan VIVAnews, seperti yang diberitakan di sini, Pencarian korban longsor ini dilakukan tim SAR gabungan dari Badan SAR Nasional dan puluhan anggota TNI dari Kodam XVI/Pattimura. Ttim evakuasi kewalahan mencari jasad kedua warga. Tim evakuasi terkendala karena alat yang digunakan sangat sederhana. Mereka hanya berbekal cangkul, sekop dan kekuatan air.

Beberapa waktu lalu, kita sangat kagum dengan kesigapan pemeritah dalam evakuasi jatuhnya pesawat Shukoi yang menewaskan 45 penumpang. Untuk menangani musibah itu dilaporkan sedikitnya 1500 orang personil diturunkan langsung ditambah 9 helikopter dan belasan ambulans untuk mengevakuasi korban.

Hal yang sangat membanggakan tentunya karena pemerintah dapat dinilai sangat peduli dengan rakyatnya. Tidak peduli berapa banyak dana yang dikeluarkan, yang penting evakuasi dapat dilakukan secepatnya. Evakuasi ini memang perlu segera agar korban selamat dapat diselamatkan.

Tetapi ketika saya menjadi prihatin mengikuti berita musibah longsor di Ambon yang  evakuasinya hanya menggunakan cangkul dan sekop. Bukan tidak mustahil ada korban yang tertimpa reruntuhan atau tertimbun masih hidup tetapi gagal diselamatkan karena keterlambatan penanganan.  Oh… saya tidak berharap terjadinya diskriminasi dalam penanganan musibah, yaitu musibah mewah ditangani secara mewah, musibah pada masyarakat biasa ditangani secara biasa pula.

Mudah-mudahan tim evakuasi bencana longsor ini diberi kesehatan dan kekuatan agar tugas mulia mereka segera terselesaikan dan semoga keluarga korban menerima musibah ini dengan tabah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun