Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejuta Pahala dan Dosa di RKL Jabodetabek

17 Maret 2012   13:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:54 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita dianugrahikemampuan untuk membeli tiket kereta Commuterline setiap hari yang berAC, tentu kita akan bersyukur karena puluhan ribuan penumpang kereta Jabodetabek lainnya hanya mampu membeli karcis ekonomi. Rasanya merekapun punya hasrat yang sama, inginnya bisa menempuh perjalanan dari dan ke tempat pekerjaan dengan nyaman, namun karenapendapatan yang jauh dari memadai, mereka harus merelakan naik ke gerbongyangselalu penuh sesak. Padahal tekanan pekerjaan juga kadang tidak kalah menyesakkannya dari gerbong-gerbong kumuh itu.

Tanpa rasa syukurdan terlalu melihat ke atas, seringmembuat kita selalu merasa kekurangan.Dan karena rasa syukur itu pula saya menikmati perjalanan kereta Jabodetabek setiap hari dari Bogor ke Kalibatadan sebaliknya.Membludaknya penumpang, kereta mogok dan sebagainyaakhirnya menjadi kenikmatan tersendiri ketika banyak orang menganggap naik KRL Jabodetabek sebagai suatu kesengsaraan.

Berbaurnya kita dengan ribuan penumpang lain, suka tidak suka akan memaksa kita untuk berinteraksi. Sebagai umat beragama dan bertuhan, interaksi itu bisa membuahkan pahala  dan  mendapatkan dosa jika .

Jika kita mau berbuat baik saat berkereta, tidak sedikit kebaikan yang dapat kita lakukan. Memberi tempat duduk pada orang lanjut usia atau ibu hamil atau membantu penumpang lain yang membawa barang banyak, adalah sumber pahala yang sangat besar. Modalnya hanya kita sedikit peka terhadap kondisi sekitar kita, barangkali ada orang tua atau ibi hamil yang lebih layak mendapat tempat duduk maka tidak selayaknya kita berngantuk-ngantuk atau bahkan tertidur di kursi yangsangat terbatas itu.

Dengan uang recehan seribu atau lima ratus rupiah, kita juga berkesempatan berbagi rezeki dengan para pengemis dan pengamen yang sebagian benar-benar membutuhkan uluran tangan kita. Atau juga dengan membeli beberapa barang murah-meriah yang ditawarkan pengasong di kereta ekonomi, secara tidak langsung kita juga telah membantu semangat mereka untuk tetap mencari nafkah dari berjualan tersebut.

Namun demikian, menumpang kereta Jabodetabek juga banyak peluang untuk berbuat dosa dan maksiat. Jika ada penumpang yangberlaku seenaknya, rasanya hati tidak kuat untuk memaki. Atau ketika ada yang mendorong sampai hampir terjatuh, selalu ada gejolak dalam hati untuk membalas dorongannya. Juga ketika disadari ada seorang wanita dewasa di sekitar kita dengan dada sedikit terbuka, rasanya tidak kuat menahan mata untuk tidak meliriknya.

Yah, puluhan atau ratusan ribuan penumpangdari Bogor ke Jakarta dengan berbagai tingkah lakunya, menawarkan pilihan padakita untuk berbuat kebaikan atau berbuat dosa.Hanya kita sendiri yang memilihnya.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun