Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kata Istri: Yanti, Mau Jadi Istri Muda Silahkan

9 Desember 2011   19:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:37 1871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yanti, 20 tahun, adalah janda beranak satu yang beberapa bulan lalu jadi pembantu paruh waktu di rumah kami. Namanya ternyata tak sekeren nasibnya, karena ditinggal suaminya yang tidak bertanggung jawab, dalam usia yang cukup muda ia harus berjuang untuk mempertahankan hidupnya bersama satu anak perempuannya.

Menurut penuturannya pada istri saya, ia adalah anak ke 6 dari 7 bersaudara yang hidup di antara relung kemiskinan Kota Bogor. Ia juga hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 4 SD, lakak-kakaknya yang sudah berumahtangga lebih dulupun tingkat kesejahteraannya tidak lebih baik sehingga ia tidak memiliki biaya untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya sepuluh tahun yang lalu. Untuk memperbaiki nasibnya, ia bersedia kawin muda dengan harapan suaminya dapat mengangkatnya dari kemiskinan yang menderanya.

Namun nasib baik seolah tak pernah berpihak kepadanya, belum sampai dua tahunpernikahannya, suaminya pergi entah kemana yang membuat ia dan anak perempuannya semakin menderita. Kemiskinannya itulah yang membawanya menjadi pembantu paruh waktu di rumah kami. Setiap hari ia datang ke rumah kami untuk mencuci piring, ngepel, nyetrika dan beres-beres rumah.

Meskipun bukan kewajiban kami, setiap ia pulang menjelang tengah hari setelah menyelesaikan tugasnya, istri saya selalu membawakan makanan buat anak kecilnya terutama nasi dan lauk-pauknya. Pada Idul Fitri kemarinpun saya menyerahkan zakat fitrah kami sekeluarga padanya.

Demikianlah sampai berbulan-bulan setelah ia bekerja, mulai terlihat ia menggunakan cincin mas meskipun kecil, juga giwang pada telinga gadis kecilnya. Ia mengatakan membeli itu dari gajinya sebagai pembantu, sementara makan sehari-hari ia cukupkan dengan makanan yang dibawa dari rumah kami setiap pulang bekerja.

Suatu hari, (masih menurut kata istri saya), ia sedikit curhat pada istri saya “Bu, ada yang mau menikahi saya, tapi untuk dijadikan istri kedua, bagaimana ya?”. “Ohh… bagus itu, kalau ia sayang sama kamu kenapa tidak? Siapa tahu nasibmu bisa lebih baik” Kata Istri saya saat itu. “Terima kasih bu, kalau begitu saya mohon pamit untuk berhenti bekerja”, katanya lagi. Istri saya meski merasa berat karena akan kehilangan pembantu, merelakan kepergiannya untuk memperbaiki nasibnya sendiri.

Tadi siang, ketika saya bersama istri dan anak bungsu saya berjalan menggunakan sepeda motor, tiba-tiba dari arah berlawanan ada sepeda motor biru keluaran terbaru yang penumpangnya berteriak menyapa “Ibuuuu….!!!”. Ternyata ia adalah Si Yanti mantan pembantu kami. “Alhamdulillah…” guman kami hampir bersamaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun