Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tahu Sumedang, Kriuk di luar Lembut di dalam

30 Oktober 2011   11:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:17 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika anda berkunjung ke Sumedang, tentu anda akan melihat deretan kios dan toko yang menjual tahu sumedang. Si kotak kuning lezat ini sudah sejak lama menggoda setiap pengunjung kota kecil yang berjarak sekitar 50 km sebelah timur Kota Bandung ini untuk singgah, melahap dan menenteng keranjangnya. Sangat boleh jadi,jika mendengar nama Sumedang, yang pertama muncul di benak orang adalah ”tahu” dibanding dengan nama sebuah kabupaten di Jawa Barat. Kenyatannya memang demikian, di luar Jawa Barat, tahu sumedang lebih dikenal dari pada kota Sumedang itu sendiri.

Bila anda belum pernah menikmati makan tahu panas-panas yang dicocolkan ke sambal tomat, silahkan singgah di Sumedang. Makanan seharga 500 rupiah per buah itu pasti membuat anda lupa, berapa banyak yang telah anda makan. Maka beberapa restoran tahu biasanya melayani konsumennya dengan cara sajian masakan padang, kita tidak usah repot-repot mengingat berapa buah yang telah mengalir ke dalam kerongkongan, tetapi mereka sendiri yang akan menghitung berapa banyak yang tersisa.

Rasa tahu sumedang juga sangat unik. Orang bisa saja meniru bentuk, tetapi tidak dengan rasa. Penulis yang lahir dan dewasa di kawasan tersebut sangat hapal dengan rasa makanan yang terbuat dari saripati kedelai tersebut. Suatu ketika, Penulis pernah singgah di restoran Tahu Sumedang di Martapura, Kalimantan Selatan untuk sekedar mencicipi rasanya. Memang tidak jauh dari sangkaan jika akan berbeda dengan di Sumedang. Demikian juga di Bogor, meskipun terdapat puluhan pabrik tahu sumedang, rasanya tidak ada satupun yang persis dengan tahu yang berasal dari bekas Kerajaan Sumedang Larang tersebut.

Pak Oyo, pengusaha tahu kuning asal Sumedang di Ujung Berung Bandung pernah mengatakan kepada saya bahwa ia sebenarnya ingin membuat tahu Sumedang di Bandung, tetapi rasanya tidak pernah bisa sama sehingga ia tidak memaksakan diri untuk memproduksinya. Padahal konsumen tahu Sumedang di Bandung mungkin tidak akan pernah habis.

Berdasarkan penelusuran sederhana oleh penulis, konon yang membuat perbedaan rasa tahu sumedang dengan tahu putih lain terletak pada air. Pasokan air Kota Sumedang sendiri berasal dari Cimalaka, tepatnya kampung Cikandung yang berjarak beberapa kilometer di sebelah barat Kota Cimalaka.

Jika lebaran tiba, arus mudik memacetkan jalan, makanan kecil inipun memacetkan lalulintas. Posisi Kota Sumedang yang berada antara  Cirebon Bandung ini pasti akan dilintasi oleh setiap kendaraan yang akan melalui jalur ini. Baunya yang membuat perut keroncongan dapat menghentikan hampir seluruh kendaraan yang lewat. Jika kendaraan satu kendaraan membutuhkan setengah menit untuk keluar-masuk tempat makan tahu itu, maka tidak aneh jika setiap lebaran macetnya sampai belasan kilometer sampai melewati Cadas Pangeran.

Yah, meskipun penulis sudah sejak kecil merasakan kenikmatan tahu tersebut, namun setiap saat tahu itu mengundang kerinduan tersendiri. Setiap kami sekeluarga mudik, sayalah yang paling antusias menyerbu Tahu Palasari tersebut dibanding dengan istri dan anak-anak yang tidak lahir dan dibesarkan di sana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun