sederet opium dari corong bernama orasi penyesatan dari akrononim politik, kesadaran hanya sebatas kepingan toxic yang menempel diantara katupan bibir
seberapa parah kebringasan atas nama syiar hanyalah kritik dari jeroan dan ati ampela ayam dalam kuah soto. " kalian hanylah barcode dari sebuah produk terorganisir"
dari segala pencapaian dan pengharapan atas nama "ratu adil" hanyalah empiris senyap dari segala kesunyian atas nama idiologi hidup yang kian tersudut
oleh kegarangan dan kerakusan yang melekat seperti kontrol radio dalam corong indepedent. dan kami tetaplah garda terdepan yang mengatasnamakan "relawan"
aturan agama adalah makrifat dari perang gelap para satyr yang mengoplos menjadi referensi penyesatan tetang ketuhanan dan kemanusian.
membolak balik liturgi dari kekosongan yang terus kami cari
dan kami tak sadar bahwa kami "luka' dan kami lupa untuk itu dan terus berperang diantara darah saudara kami. kami lupa dan luka dan mereka adalah penawarnya
segelitir pengharapan senyap yang tak mungkin kami dapati seperti apa yang disebut remahan benalu dari pohon keluarga untuk
membentuk tirani dan kesombongan kekuasaan tetap tertinggal dan tenggelam. karena keputusasaan adalah takdir dari berjuta kepala
mengharapkan tarap kesejahteraan..dan luka luka luka kami lupa luka..luka..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H