Mohon tunggu...
Maman Imanulhaq
Maman Imanulhaq Mohon Tunggu... Anggota DPR RI -

Ketua Lembaga Dakwah PBNU, Anggota DPR RI Periode 2014-2019, pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan Jatiwangi Majalengka, penulis buku "Fatwa dan Canda Gus Dur" dan Antologi Puisi "Kupilih Sepi".Email:kang_maman32@yahoo.com, Twitter; @kang_maman72. Ketik: Kyai Maman>kangmaman100’s chanel www.youtube.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Puisi Sunyi di Lereng Merapi

21 September 2014   18:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:02 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Puisi Sunyi di Lereng Merapi

Oleh Agnes Jogja

Udara lereng merapi dingin menusuk tulang. Suara jangkrik dan desir angin menyapu bukit seiring kabut yang mulai terasa menyentuh kulit. Kesunyian malam 16/9 terkikis oleh hadirnya ratusan pemuda-pemudi yang membawa lilin kecil di tangan. Iringan mereka mirip kunang-kunang membelah malam. Hening. Mereka bersatu dalam sebuah irama yang sama, Berbaur antara lilin, lampu minyak tanah dan aroma dupa, menyatu dalam desah daun yang begitu syahdu.

Seorang lelaki kemudian hadir diantara gundukan pasir pantai. Menari. Ia berputar dengan seorang perempuan cantik yang terus menari bersama dua orang pembawa dupa. Ia mengumandangkan takbir, menyebut kebesaran Tuhan. Ia tak sedang bersholawat atau berdoa saja. Lebih dari itu, ia kemudian turut mengutuk kekerasan yang kemudian terjadi di berbagai sudut negeri ini. “Aku berseru pada Mu ya Rabb…mengapa di negeri ini masih ada orang yang berteriak atas nama-Mu tapi kemudian mereka membakar gereja, menghancurkan masjid, membiarkan kaum minoritas terlantar hampir 8 tahun tinggal di bedeng-bedeng pengungsian….”.

Bintang tamu yang mampu menghipnotis semua yang hadir itu adalah KH. Maman Imanulhaq, Kyai yang juga budayawan pengasuh Ponpes Al-Mizan Jatiwangi.  Penulis Antologi Puisi "KUPILIH SEPI" yang juga Anggota DPR RI terpilih 2014-2019  ini mengajak seluruh peserta Selasa Sastra untuk merenungkan tentang situasi kebebasan beragama di Indonesia. Ia hadir untuk menutup acara selasa Sastra di Omah Petruk, Wonorejo, Pakem, Sleman.

Keheningan kembali mencekat tepat pukul 23.00 wib, Kyai Maman mengajak semua peserta untuk tunduk merenungkan nasib bangsa ini, di mana pemimpin Negara tunduk pada permainan korupsi yang menjadi penyakit kronis bangsa. Selain itu kedamaian yang kerap kali terkoyak di negeri ini ketika sekumpulan kelompok masyarakat merasa paling berhak untuk menyerukan membela Tuhan, namun dengan mengacungkan pedang dan melakukan kekerasan.

Bersama dengan penari cucuk lampah, Kyai Maman juga menampilkan tarian yang menggambarkan tentang derita bangsa karena ketidakpedulian kita dan kekerasan yang terus dibiarkan. Bagi penggiat keberagaman, kegiatan ini merupakan sarana manusia membangun keseimbangan dengan alam, Tuhan, sesama dan terus mengkampanyekan perubahan bangsa yang lebih baik.

Suasana Selasa Sastra kali ini begitu istimewa, penonton tak juga beranjak dari tiap titik pementasan sastra satu ketitik berikutnya. Konsep panggung yang berpindah-pindah menyuguhkan rasa ingin tahu penonton yang membuat mereka tak menghiraukan dingin udara di sekitar Musium Gunung Berapi itu. Konsep alam tanpa pengeras suara membuat sang penyair selalu tampil maksimal untuk mengalahkan gemericik air, suara jangkrik dan deru angin pegunungan.

Sang tuan Rumah, Romo Sindunata turut hadir dengan membawakan dua buah puisi yang diinspirasi oleh seniman besar Jalaludin Rumi. Penyair Joko Pinurbo membawakan Puisi yang intinya mendoakan Gus Dur dan Romo Mangun. Tampak diantara mereka adalah seniman-seniman Jogja, antara lain:  Imam Budi Santoso, Heri Dono,  Wahono, Anindja Puspita, Mohammad Sodiq, Kinanti Sekar Rahina, Faisal, Banu Rakaibadiga, Jimi Mahardika dan Fery Ludiyanto.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun