Mohon tunggu...
Kang Insan
Kang Insan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

God created men in order to tell stories

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menulis Fiksi Anak yuk!

27 September 2013   11:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:19 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujur saja, tulisan ini memang dipersiapkan sebagai sambutan atas diselenggarakannya event Festival Fiksi Anak (FFA) oleh Fiksiana Community (FC).Sebuah event yang sangat menarik sekaligus penuh tantangan bagi para penulis fiksi di Kompasiana. Dan, saya percaya atas kedua hal itu: menarik dan penuh tantangan. Mengapa? Pertama, dibandingkan dengan event sebelumnya, yaitu Fiksi Sensual, event FFA ini lebih banyak peminat, hingga hari ini saja sudah lebih dari 290 orang yang mendaftarkan diri. Bahkan, gruf FC di Facebook terus-terusan mendapat permintaan gabung dari calon peserta FFA. Semoga antusiasme ini bukan semata-mata sebab adanya iming-iming hadiah Rp400.000,00 dan karya pemenang akan diterbitakan oleh sebuah grup penerbitan terkemuka. Semoga bukan itu. Tetapi, semoga ketertarikan itu muncul disebabkan adanya kesadaran untuk berpartispasi dalam menyediakan bacaan sehat untuk anak-anak. Tapi, bisa saja ketertarikan itu disebabkan oleh adanya tantangan untuk mencoba hal baru yang tidak biasanya dilakukan sebab—seperti yang saya ketahui—umumnya penulis di Kompasiana lebih sering menulis untuk konsumsi orang dewasa.

Kedua, event FFA ini tentu saja penuh tantangan. Ya, penuh tantangan sebab menulis fiksi anak tentu saja berbeda dengan menulis (fiksi/nonfiksi) untuk orang dewasa. Hal pertama yang harus diperhatikan oleh penulis fiksi untuk anak adalah pemakaian bahasa. Bahasa anak tentu saja berbeda dengan bahasa orang dewasa. Struktur kalimat yang digunakan oleh anak tentulah tidak selengkap orang dewasa. Sebab itu, kalimat-kalimat dalam fiksi anak semestinya menghindari kalimat luas yang didalamnya terdiri atas beberapa klausa. Cukuplah kalimat yang dipakai adalah kalimat tunggal berpola subjek-predikat, atau subjek-predikat-objek dengan ditambah maksimal dua buah keterangan. Jenis kalimat tunggal seperti ini biasanya kurang keren jika dibandingkan dengan kalimat luas di mana penulis bisa menghambur-hamburkan kata padahal hanya untuk mendukung satu gagasan pokok.

Tantangan lainnya adalah bahwa harus disadari sejak awalnya-- ketika hanya berupa dongeng-- fiksi anak dipakai sebagai salah satu media sosialisasi. Bagian dari proses sosialisasi itu memerlukan pengembangan kepribadian, yakni sebuah proses melalui mana kita menjadi siapa kita dan dimana karakteristik yang relatif stabil berkembang. Dan, pengembangan kepribadian itu bergantung pada point-point penting dan hubungan yang hadir selama individu itu dalam masa kanak-kanak (Gould and Howson, dalam Saleem Press 2011). Lewat fiksi anak, sosialisasi nilai-nilai, perilaku, norma, dan sebagainya disampaikan para orang tua kepada anaknya dalam rangka pengembangan dirinya. Sebab itu, Nodelman (2008) menyatakan bahwa dalam fiksi anak terdapat “orang dewasa yang bersembunyi”.

Pun harus kita sadari bahwa pertama-tama fiksi anak ditujukan kepada orang tua. Para orang tua itulah yang menyeleksi fiksi anak yang mana yang pantas dan memiliki nilai penting bagi perkembangan diri anaknya. Barulah setelah itu, fiksi anak itu diberikan kepada anaknya. Bahkan dalam beberapa kasus, orang tua sendiri akan memberikan keterangan tambahan yang dirasakan sangat penting mengingat adanya hal-hal yang masih dari jangkauan pemikiran anak. Akibatnya, penulis fiksi anak dihadapkan pada dua tantangan, yaitu (1) meyakinankan para orang tua bahwa fiksi anak yang ditulisnya mengandung nilai-nilai yang relevan dengan nilai-nilai yang dianut oleh para orang tua dan memiliki manfaat besar bagi pengembangan diri anaknya, dan (2) menyampaikan dengan bahasa dan cara yang mudah dicerna oleh si anak sendiri, sekaligus ceritanya adalah cerita yang dibutuhkan bagi perkembangan diri anak tersebut.

Saya percaya bahwa para penulis Kompasiana akan mampu menulis fiksi anak sebaik para penulis fiksi anak yang sudah ada di luar sana. Bahkan, mungkin lebih baik lagi. Dan, saya pun percaya bahwa event FFA ini akan sukses diselenggarakan.

-----------Tamsela, 27 September 2013

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun