Mohon tunggu...
Kang Insan
Kang Insan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

God created men in order to tell stories

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anjing Penyalak!

7 September 2014   17:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:23 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namanya Bleki. Seekor anjing kurus, tapi sangat galak. Bleki adalah anjing yang diam-diam mengikuti  Tuan Bakar pulang ke rumahnya setelah tiga hari berburu. Entah kenapa Bleki merasa suka dengan Tuan Bakar dan ingin menjadi anjing piaraannya, padahal Tuan Bakar sendiri punya banyak anjing. Bleki tertarik dengan Tuan Bakar sebab dalam pikirnya Tuan Bakar adalah orang yang pantas dijadikan tuan sebab tubuhnya tegap, gagah, dan suaranya menggelegar.

Bleki kenal Tuan Bakar saat Tuan Bakar berburu di sebuah hutan sekitar 5 km ke utara kota kecil yang warga kotanya membuang Bleki ke hutan itu. Bleki yang kelaparan dan hampir mati lemas ditolong Tuan Bakar yang menyuruh anak buahnya memberinya makan dan minum. Sejak itu, Bleki tiba-tiba saja merasa kagum kepada Tuan Bakar. Bleki pikir Tuan Bakar sangat perhatian meskipun dirinya hanya seekor anjing. Sikap Tuan Bakar berbeda dengan sikap orang-orang di kota yang membencinya sehingga ia dibuang ke hutan.

Bleki mengikuti Tuan Bakar berburu meskipun ia tahu Tuan Bakar memiliki anjing-anjing berburu yang kuat-kuat dan sangat terlatih. Memang, selama tiga hari dalamperburuan, Bleki tidak pernah duduk berdekat-dekatan dengan Tuan Bakar, bahkan Tuan Bakar tidak pernah mengelus-ngelus kepalanya atau mengusap-ngusap bulu di tubuhnya seperti yang dilakukan oleh Tuan Bakar kepada anjing-anjing berburunya. Tapi, Bleki tidak cemburu sebab ia sadar bahwa dirinya bukanlah anjing berburu yang sangat dibutuhkan Tuan Bakar, tapi baginya, sudah cukup gembira bahwa Tuan Bakar menyukai dan menyayangi anjing-anjing.

“Ah, dia orang yang sayang pada anjing-anjing, dan aku harus mengabdi padanya” begitu selalu pikirnya.

Sebab instingnya, Bleki ikut-ikutan berburu. Tuan Bakar terlihat senang melihatnya ikut berlari mengejar babi-babi hutan bersama anjing-anjing kesayangannya. Bleki paling keras mengggongggongnya dibanding anjing-anjing Tuan Bakar. Tapi, memang ia tidak secepat  larinya anjing-anjing itu. Anjing-anjing itu sangat sigap berlari, menyergap babi hutan, dan bertarung mati-matian dengan babi hutan. Ketika berhadap-hadapan dengan babi hutan, Bleki akan lantang menyalak, suaranya melengking membahana seisi hutan. Bleki pun tak segan-segan menggonggong pada anjing Tuan Bakar terlihat malas-malasan berburu.

Setelah tiga hari dalam perburuan yang sia-sia sebab tak seekor pun babi hutan yang didapat Tuan Bakar, rombongann Tuan Bakar pun berniat pulang. Ketika anjing-anjing berburu milik Tuan bakar dinaikkan ke atas mobil jeep, Bleki berharap dirinya pun dibawa pulang oleh Tuan Bakar. Tapi, ternyata tidak. Tuan Bakar hanya menyuruh anak buahnya memberikan sepotong daging buat dirinya. Saat Bleki makan daging itu, mobil Jeep yang membawa rombongan Tuan Bakar pun bergerak meninggalkannya. Bleki menggonggong meminta Tuan Bakar menunggunya. “Tuan, dagingnya belum habis. Bisa tunggu sebentar!”

Mobil jeep itu bergerak perlahan. Bleki terkejut melihat jeep itu berjalan, lalu daging yang tinggal sedikit pun ditinggalkannya. Bleki berlari mengejar jeep itu. Bleki terus berlari mengikuti jeep itu. Di kabin depan jeep, Tuan Bakkar duduk tersenyum menyaksikan seekor anjing kurus mengejar dan mengikutinya pulang.

“Apakah anjing itu akan mengikuti kita terus?” kata Tuan Bakar kepada anak buahnya yang duduk menyupiri jeep.

“Mungkin saja, Tuan. Apakah kita naikkan saja ke atas jeep?” kata anak buahnya.

“Jangan. Biarkan dia mengikuti kita. Aku hanya suka kepada gonggongnya saja” kata Tuan Bakar. Tuan Bakar duduk santai meskipun hatinya kecewa sebab selama tiga hari berburu tidak mendapat babi hutan seekorpun. Tangan kirinya dikeluarkannya dari jendela jeep sehingga menjuntai dan terlihat melambai-lambai di mata Bleki. Bleki pun menggonggong.

“ Terima kasih, Tuan, begitu perhatian. Tuan tak perlu sepanjang jalan mengulurkana tangan untuk menyentuh kepalaku!” begitu pikir Bleki. Ia terus berlari mencoba agar kepalanya dapat dielus tangan Tuan Bakar.

“Anjing baik,”kata Tuan Bakar, lalu tersenyum.Angin yang sepoi-sepoi membuatnya tertidur dan tangannya tetap menjuntai di jendela jeep.

------Tamsela, 7 September 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun