Mohon tunggu...
Ahmad Fahrudin
Ahmad Fahrudin Mohon Tunggu... Dosen - Ingin selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya

Ilmu Tinemu Kanthi Laku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sinergisitas Mental

9 Maret 2017   14:47 Diperbarui: 10 Maret 2017   00:00 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Empati meruapakan sesuatu yang sangat langka—sebab persaingan antarparadigma sering dimenangkan “cara berpikirku” dan “cara berpikirmu”, bukan “cara berpikir kita”. “Aku” dan “kamu” lebih banyak mendahulukan kepentingan pribadi masing-masing ketimbang mengutamakan kepentingan “kita”. Sebagian resolusi konflik jadi bersifat transaksional. Sedangkan resolusi yang ditawarkan bersifat transformatif.

Titik pijaknya adalah mengerti dan mehamami orang lain, mendengarkan pendapat orang lain dengan menyikapinya secara akal sehat dan hati yang lapang. Berusaha untuk mengerti terlebih dahulu tidak ada salahnya, baru kemudian kita akan dimengerti.

Mandela mempunyai prinsip, “Keberanian bukan berarti tiadanya rasa takut, melainkan kemenangan atas ketakutan. Berani bukan berarti dia yang tidak merasa takut. Melainkan yang berhasil mengalahkan rasa takut.”

Beruntung Indonesia pernah memiliki tokoh perdamaian K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Gus Dur boleh disebut Mandela tapi Jombang, meskipun tetaplah berbeda antara Gus Dur dengan Mandela. Almarhum berani membubarkan departemen yang korup. Berjiwa besar dengan memaafkan rival-rival politik yang pernah mendholiminya.

Cinta damai dengan melarang kaum Nahdliyin Jawa Timur Nggruduk kalau Gus Dur dimakzulkan dari kursi kepresidenan.

Politisi oportunis Indonesia—sampai hari ini—tetap keras kepala, sulit berempati. Kaum pragmatis yang gemar mengekploitasi dan memanipulasi kosakata rakyat dengan gincu kemunafikan dan hiprokisi dalam korupsi berjamaah. Semoga spirit ubuntu Nelson Mandela mampu diteruskan oleh generasi bangsa selanjutnya. Beliau-beliau tetap kita ingat dan kenang dengan mesra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun