Mohon tunggu...
Kang Dani
Kang Dani Mohon Tunggu... -

penikmat pemberdayaan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika "Uje" Berwasiat

22 Mei 2013   22:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:10 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Baru-baru ini saya mendapat sms dari seorang teman, isinya " Assalamu'alaikum Wr. Wb. Maaf ganggu. Tolong jangan di hapus sms ini dari pipik, istri almarhum uje, ia bermimpi ketemu ustadz jefri al buchori dlm mimpi itu beliau berpesan, kuatkan Akidah dalam Ibadah. Karena dunia sudah goyah dan tua, jgn tinggalkan sholat. Tlng sebarkan sms ini ke 20 muslim, insya ALLAH dlm wkt 10 hari kamu akan dapat rizki besar, dan bila tidak disebarkan maka kamu akan menemukan kesulitan yang tidak ada henti2 nya (demi Allah terbukti)". Setelah membaca sms itu ingatan saya melayang ke sms yang dulu pernah bikin heboh, setelah googling-googling, akhir nya ketemu juga sms itu pesannya “Tolong jangan dihapus. Ibu Said (juru kunci Mekkah) ia bermimpi ketemu Muhammad Rosulullah saw beliau berpesan kuatkan aqidah dalam ibadah karena dunia sudah goyah dan tua sebarkan SMS ini ke 20 muslim insyaallah jangka 10 hari akan dapat rizki besar dan bila tidak disebar, tunggu kesulitan yang tiada henti. Demi Allah terbukti”.

Hal menarik dari dua sms itu adalah bukan isi dari sms nya, tapi dua kalimat penutupnya, Pertama jika disebar akan dapat rizki, kedua, bila tidak di sebar, tunggu kesulitan yang tiada henti. Surely (atau kata Asmuni: yaqin seyaqin-yaqinnya), karena dua kalimat pentup itulah teman saya rela meng sms ke 20 orang. Dan jika diperhatikan lebih dalam lagi motif yang melatar belakangi pengiriman sms itu apakah ingin mendapat rizki atau pingin terhindar dari kesulitan, menarik untuk di bahas?

Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu. Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang.Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang positif; maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Namun selalu terjadi perbedaan pandangan, mana yang lebih diprioritaskan antara reward dengan punishment?.

Jika melihat kecenderungan selama ini reward lah yang lebih berperan orang melakukan sesuatu yang bersifat tidak logis (takhayul), karena itulah mengapa orang cenderung mengulangi kesalahan yang sama. Ambil contoh kasus penggandaan uang, bukankah hal itu suatu kejadian yang selalu berulang, kenapa para korban penggandaan uang tidak bercermin pada para korban sebelumnya?.Lalu kenapa hal ini bisa terjadi?. Dalam the Psychological Science, dinukil dari Genius Beauty, Kamis (3/3/2011), Para Psikolog di Inggris sampai pada suatu kesimpulan, kepercayaan pada takhayul adalah suatu bentuk kompensasi atas hilangnya kepercayaan pada diri sendiri. Jadi, kembali pada sms tadi, itulah suatu bentuk kepercayaan di sebagian masyarakat kita yang ter”hipnotis” oleh keinginan untuk mendapatkan suatu reward dan mengesampingkan modal yang sangat berharga yaitu kepercayaan pada diri sendiri, (atau kata Bruno Mars: Just the way you are).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun