Sebentar lagi petang, sayang. Wajah ayumu tersapu bayu menerbangkan angan, garis cantik tak hendak pudar, meski bilangan usia telah lahap menelan. Fanorama indah setiap mentari hendak keperaduan, menumbuhkan sejenis cinta yang pernah lama kita gagas. Tentang penghargaan atas kesetiaan, menjernihkan hubungan bak lentera dalam goa seriti empat puluh tahun silam.
Bingkai-bingkai cantik berselimut awan, perlambang kesetiaan seorang perempuan sejati membentang  kehalusan perasaan. Wajah teduh keibuan, tutur kata sopan berucap penuh keagungan. Jikalau aku boleh mengulang, mungkinkah pertemuan pertama kita menjadi mercusuar kota peradaban.
Sebentar lagi petang, sayang. Ijinkan aku menyelimuti tubuh halus semampai lebih setengah abad membersamai. Ketika engkau tabah menghadapi gelombang, menyembunyikan airmata seakan itu adalah perhiasan mutumanikam. Tak sejenak hendak menampakkan duka, ketika aku, pria paling beruntung memercikkan api sengsara. Senyumu seketika memadamkan prahara.
Terimakasih untuk tetap mengerti, mengabdi atas nama cinta dan janji suci.
Sebentar lagi petang, biarkan alam menulis perjalanaan ini agar abadi.
#####
Baganbatu, akhir tahun 2023 sebelum senja benar-benar tiada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H