Mengenangmu, seperti menyusun barisan paku di dalam kepalaku, menarik kembali suiran memori kearah sedih, membiarkan kenangan bermain bersama airmata dan rasa perih.
Mengenangmu, laksana menuliskan lakon kebatilan dalam serial sandiwara penuh konflik batin berkepanjangan. Begitu banyak peran kita libatkan, bahkan penata rias kesulitan menentukan dandanan, sungguh kita berdua menjelma pemain watak dengan seribu karakter berbeda. Dalam satu masa, masih dengan cerita yang sama.
Februari, engkau menanyakan bagaimana aku bisa melewati penanggalan penuh intrik perih ini, betapa berat luka hati telah menuntun langkah kaki, dengan bimbingan kecewa masing-masing kita di paksa, terpaksa, amat terpaksa, untuk memahami bahwa semua ini adalah cerita.
Mungkin inilah kisah kita, februari dengan banyak hujan dan banyak cerita hampa.
#####
Baganbatu, februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H