Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Sajak Madu

13 Desember 2022   06:44 Diperbarui: 13 Desember 2022   06:46 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Membaca sajak sajakmu, membuat aku lupa waktu. Menyemut memenuhi kepala, ternyata aku masih terasa muda.
Cinta mengalir begitu saja, bahagia ternyata hanya sejengkal dari nyata. Indah, meski tangis itu pernah ada. Kehilangan segera berubah memiliki asa.


Begitu indah diksi mewakili rasa, mengurai arti betapa masa tua adalah surga bagi pendamba bahagia. Telah melalui lautan bara, mendaki sedih hingga menemukan puncak bahagia, atau ketika metafora berupa bunga dan kumbang adalah perlambang keutuhan hubungan.


Ketika Engkau menulis mata indah, anganku melayang betapa cantiknya kamu ketika kita pertama jumpa. Hingga detik ini, rasaku tentang kamu tetap sama. Engkau tetap cantik meski usia tengah menuju senja. Cantik yang menyuarakan kelembutan hati, setia mendampingi meski aku bukanlah lelaki sejati. Harus aku akui, aku penuh cacat dan kekurangan secara hakiki.


Membaca sajakmu, menemukan hatimu.
Membaca sajakmu, menemukan hidupku kembali tumbuh

#####

Baganbatu, desember 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun