Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Yang Tersisa dari Perang

8 November 2022   08:32 Diperbarui: 8 November 2022   08:57 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika perang menjadi pemuncak sebuah pertikaian, adu kuat adu perangkat kemudian meningkat. Siapa membasmi siapa, mengapa harus menumpas apa, bukan lagi persoalan utama. Perang adalah cara barbar yang di pelihara oleh bangsa moderen, di poles manis dengan dalih dan kepentimgan nasionalis.

Tank menghancurkan tank

Senapan menyalak mencari sasaran

Ranjau darat meledak mencabik siapa saja yang menginjak

Peluru kendali menyasar musuh, tanpa nurani tanpa ragu

Semua hancur bagai kepingan debu, berserakan tanpa sempat mengucapkan selamat tinggal, tanpa sempat menanyakan alasan, "Mengapa kami di bunuh, mengapa rumah kami di hancurkan, mengapa martabat kami di rendahkan."

Kemudian yang tersisa hanya tangis, kehilangan, ketakutan, kepedihan.

Para pemangku kekuatan menonton dari layar besar, mengotaki taktik dan strategi kematian, mencipta skenario terburuk bagi kemanusiaan.

Korban bergelimpangan, kerugian menyentuh ambang kengerian, tapi tombol memulai perang tengah asyik di permainkan. Kekuatan besar semakin arogan, kepentingan nasional menjadi alat pembenar.

Yang tersisa akhirnya adalah rasa sakit kehilangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun