Rentang sayapku tak mampu merengkuh seluruh tanyamu, keingintahuanmu membuat udara beku.
Aku hanya memiliki sayap kertas, penuh coretan pedih tentang sang penyintas. Seutas tali sebagai pengendali, melabrak badai, menepi hujan, merambah belukar awan.
Keterbatasanku membuat ambisimu teganggu, ekspetasi tentang kebebasan langit, keluasan angkasa menuangkan resah, cara pandangmu bahwa hanya aku yang mampu dan tahu menghantarmu kederajat syurgawi.
Terbangku, beban pikiranmu. Caraku menghirup udara tipis, gayamu memainkan tangis. Sungguh dilema.
Kita akan terbang mengitari dunia, tolong jangan patahkan sayap dengan pinta yang menghujam ada. Atau terbanglah bersama debu, yang menderu tanpa tahu arah dan waktu. Aku tidak ingin kita seperti itu.
#####
Baganbatu, oktober 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H