Hari ini, seharusnya bahagia itu terjadi. Kursi pengantin telah berhias ornamen pelangi, taburan melati memenuhi pelataran menguarkan aroma suci. Sesuci pengantin pulau duri.
Janji setia siap di ucapkan
Seperangkat alat sholat menghias indah sebagai mahar
Para gadis manis duduk melingkar, mengelilingi bidadari jelita dengan senyum bahagia tanpa buatan. Matanya berbinar, pipi halus bersemu merah akibat godaan para dayang , hiasan kembang di kepala bergoyang mengikuti suasana hati sang ratu sehari.
Meja, kursi, puluhan jenis makanan, serasa bergumam mengucap pujian akan kecantikan dan kemolekan mempelai puteri pemilik hak pelaminan.
Anak kecil berlarian, tukang penjual balon pula tersenyum girang. Bukan  karena meratapi nasip menjadi bujang lapuk hingga usia menjelang empat puluhan, tetapi karena tiga puluh pasang balon telah habis terjual. Sama sama bahagia, meskipun beda cara beda suasana.
Tetiba datanglah kabar duka dari anjungan kapal motor nusa penida , seorang lelaki berkulit hitam legam berteriak nyaring mengabarkan berita duka.
"Kapal rombongan pengantin pria karam di hantam gelombang."
Larilah segala manusia menuju ujung dermaga, meninggalkan segala persiapan pesta yang di hajat oleh tuan rumah.
Gulai kambing tumpah ke tanah, nasi sebakul tersepak kaki bergegas mencari kebenaran berita. Wajah bahagia seketika berubah cemas, gelak tawa sirna berganti tangisan.