Jelaga sisa pembakaran waktu, membeku, memeluk erat batu tungku, seakan kehilangan tempat mengadu, khawatir tiada lagi tempat bersanding. legam pada catatan ingatan, menorehkan baris pinta kepada keadaan tiran.
Mencermati laba=laba madu putih, mendirikan tenda pada beranda hati. Menyendiri diantara kepulan asap kepedihan, tenpa teman ketika percikan bara mulai menyambar. Â Bentuk wajah cepat menua, buluh putih berubah saga.
Jika kehilangan adalah kesepian, jika kesendirian adalah momok ketika malam, mungkin puisi ini adalah saksi ketika sakit itu datang menghantui. Seperti jelaga entah apa pungsinya, seperti laba laba kehilangan makna kehadiranya.
Sepertinya ketakutan itu menjelma dalam segala cara, merintih kemudian bersedih, menangis lalu menumpahkan segala pedih. Cerita masalalu ternyata lebih tajam dari celurit para penjaga negara.
#####
Baganbatu, April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H