Awalnya berkenalan, kirim sapa lewat angin untuk berkabar, Â menitipkan bunga kepada malam agar sampai kedalam mimpi. Gelisah menunggu jawaban, merintih ketika hujan memutus benang layang-layang, harapan ternyata tak seindah angan, kenyataan kadang menipu lewat hayal yang menenggelamkan.
Kemudian menjadi pasangan, menyatukan dua hati beda pandangan, merapatkan sepasang jiwa beda latar belakang. mudah secara teori, sukar ketika semua mimpi harus terbukti.
Bersama untuk waktu yang lama, merasakan tekanan batin akibat terlambat menyatukan rasa, prahara pasti menjelma lewat bunyi derit jendela, curiga hanya sejengkal dari sofa indah ruang tengah.
Ketika hujan datang, menyalahkan rintiknya sebagai kambing hitam, ketika kemarau menjelang, debu beterbangan menambah suram kebersamaan. sakit bukan lagi di obati, prasangka di letakan di samping televisi.
sampai kapan? tentu hingga kesadaran bahwa usia semakin menua, ketika halaman depan penuh kobra dan kecoa.
######
Baganbatu, April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H