Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Ombak Menepi

5 April 2022   11:30 Diperbarui: 5 April 2022   11:33 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wahai ombak, dengarkan jawabku atas tanyamu minggu lalu, tatap mataku sejenak, kan kau jumpai seribu berita di kedalaman rasa. Seperti angin yang menebarkan dingin, seperti camar tak henti beredar menanyakan kabar, perasahatan ini bukan tanpa ikatan. Engkau dan aku adalah takdir penciptaan.

Aku mengagumimu, mengitari tujuh samudera dalam satu masa, menerobos badai tanpa henti melambai, menciumi karang tanpa bosan sanggup terekam. Hadirmu dan pergimu, sedihmu dan gembiramu, tak satupun ranting pohon bakau mampu membanding.

Telah beredar jangka masa, menyusuri karang koral aneka rupa, bergelayut manja pada mantra penguasa asa, sendiri atau berasama, gelap atau terang suasana, deburmu mencipta gelombang mengetuk daa, menagih janji atas tanya begitu rupa.

Wahai ombak, menepilah dalam pangkuan semesta, mendengarkan kidung rembulan dari atas sana.

*****

Baganbatu, April 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun