Ketika pemilu hendak di tunda, pro-kontra segera tercipta. Ketika rakyat mendesak apa alasannya, ada yang berdalih memiliki big data. Ketika masyarakat semakin tidak suka, dengan enteng mereka berkata, "ini hanya wacana". Bukanlah dosa melempar wacana.
Ketika minyak goreng mahal dan raib tiba-tiba, para pemangku jabatan sibuk berkilah, "ini hanya sementara, ini hanya kesalahan distribusi saja". Bahkan ada elit yang dengan tega berkata, " rebus saja".
Kata-kata telah di jadikan senjata, menembak akal pikiran dengan semena-mena. Kata-kata seperti bom perang Rusia-Ukraina, menyakitkan dan menyengsarakan.
Ketika rakyat setia mendengarkan elit penguasa, mereka malah bicara tanpa rasa. Ketika para jelatah masih mengagumi pidato para tuan singgasana, justru kata-kata yang didengar seperti sampah.
Perang kata, lembut tapi lebih mengoyak dada. Menembus akal sehat manusia, beradlih dan berkilah demi kuasa. Rakyat mencermati, rakyat semakin mengerti. Kata-kata hanya permainan lidah.
*****
Baganbatu, Maret 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI