Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Mengenang Kesepian Kota Mati

24 Maret 2022   19:32 Diperbarui: 24 Maret 2022   19:51 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gedung runtuh mencium rapuh, tercavik kusen kayu oleh debu, melepuh pada sekujur ubin diam membisu. Cat kumal dinding depan, menyembunyikan luka kamar perkamar, menangung beban selasar angan.

Tugu penyambutan berdiri angkuh, rumput ilalang bergerombol mencari kehangatan, menatap tajam setiap sinar membentuk bayangan, berharap titik kecil di kejauhan adalah tamu yang datang.

Pernah ku simpan rinduku di gang kecil sisi utara, setiap pagi dan petang saling bergandengan tangan, menyusuri lorong sempit terbuat dari figura hujan. Lama sekali kenangan indah itu menghilang, seiring banyaknya uban memenuhi rambut kepala.

Jika hari ini aku hadir kembali, akankah serpihan kota mati masih mengenali. Akankah bunga lili kesayangan menyambutku dengan puisi.

*****

Baganbatu, Maret 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun